Peringatan Maulid Nabi di Cirebon Ada Sejak Zaman Sultan Gunung Djati, Ini Maknanya
Jika di kedua keraton atau suatu tempat melaksanakan tradisi pencucian benda pusaka, masyarakat turut antusias ingin menyaksikannya.
Penulis: Siti Masithoh | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Masithoh
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar pada 12 Rabbiul Awwal, kerap dilaksanakan di seluruh penjuru dunia.
Tak terkecuali di Indonesia, tepatnya di Cirebon, biasa diadakan rangkaian peringatan Maulid Nabi yang biasa digelar ritual panjang jimat.
Tradisi tersebut biasanya diadakan di Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Acara itu juga biasa dilaksanakan sejak sultan pertama di kedua keraton tersebut.
Simon McMenemy: Suporter Bisa Bantu Timnas Indonesia Kalahkan Filipina di Piala AFF 2018 https://t.co/5Vx8bBXan3 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) November 19, 2018
Menurut Sekretaris Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbuparpora) Kabupaten Cirebon, R Chaidir Susilaningrat, peringatan Maulid Nabi di Cirebon bahkan ada pada masa Sultan Gunung Djati, yaitu sekitar abad ke-15 Masehi.
Peringatan Maulid Nabi tersebut dimakanai untuk menggambarkan simbol-simbol kelahiran Nabi Muhammad. SAW. yang biasa digelar prosesi adat iring-iringan atau disebut Pawai Alegoris.
• Andik Vermansah Fit untuk Pertandingan Timnas Indonesia vs Filipina di Piala AFF 2018
"Upacara ini mulai diperingati sejak zaman Khalifah untuk mengagungkan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kalau di Cirebon sendiri masih terus diperingati," kata R Chaidir saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (20/11/2018).
Menurutnya, masyarakat Cirebon masih sangat menghormati dan mencintai tradisi peringatan maulid nabi tersebut.
Hingga saat ini, jika di kedua keraton atau suatu tempat melaksanakan tradisi pencucian benda pusaka, masyarakat turut antusias ingin menyaksikannya.
• Dugaan Praktik Korupsi di Proyek Jalan Cisinga, Dua Perusahaan Pemenang Tender Dimiliki Satu Nama