Geopark Ciletuh-Pelabuhan Ratu Rawan Bencana, Masyarakat Harus Paham Mitigasi Bencana

wilayah sekitar Geopark Ciletuh-Pelabuhan Ratu juga berpotensi dilanda bencana longsor dan banjir bandang

Penulis: Theofilus Richard | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Dokumentasi Tribun Jabar
Keindahan Geopark Ciletuh yang berada di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dilihat Panenjoan, Desa Tamanjaya, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Sukabumi. Lokasi Panenjoan adalah gerbang masuk objek wisata Geopark Ciletuh. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Theofilus Richard

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Geopark Ciletuh-Pelabuhan Ratu yang terletak di pesisir Kabupaten Sukabumi tercatat sebagai satu di antara wilayah yang rawan bencana.

Kepala Pusat Riset Geopark dan Kebencanaan Geologi, Mega Fatimah Rosana, mengatakan bahwa potensi bencana di daerah itu adalah gempa bumi dan tsunami.

Mega Fatimah Rosana menyatakan itu kala ditemui setelah sosialisasi Pergub No 72 tahun 2018 tentang Pengembangan Kawasan Geopark di Provinsi Jawa Barat, Gedung Sate, Selasa (6/11/2018).

"Ada sesar Cimandiri, karena itu sesar aktif nyambung dari Lembang. Kemudian nyambung dari gempa, karena kita di daerah zona tumbukan, kalau subduksi, bisa men-trigger potensi tsunami," ujarnya.

Selain itu, jika musim hujan, wilayah sekitar Geopark Ciletuh-Pelabuhan Ratu juga berpotensi dilanda bencana longsor dan banjir bandang, terutama jika hutan gundul.

"Kalau musim angin barat, ada rob pasang laut," ujarnya.

Menengok Tradisi Rebo Wekasan di Cirebon, Ada Tradisi Tawurji dan Ngapem, Ini Liputannya

Piala AFF 2018, Stefano Lilipaly Lawan Kutukan Nomor 10 di Timnas Indonesia

Karena potensi bencana seperti itu,  ucap Mega, masyarakat sekitar Geopark Ciletuh-Pelabuhan Ratu harus diedukasi mengenai mitigasi bencana.

Hal itu harus menjadi prioritas, di samping pengembangan kawasan Geopark Ciletuh-Pelabuhan Ratu sebagai destinasi wisata.

"Karena ada di daerah lereng rawan bencana, harus ada sosialisasi atau edukasi kepada masyarakat untuk membangun rumah tahan gempa dan tidak membangun (bangunan) di kawasan rawan longsor, banjir, dan tsunami," ujarnya.

Ia juga menyadari ada beberapa bangunan rumah yang terlanjur dibangun tidak tahan gempa.

Tidak memungkinkan penduduk disuruh untuk mengubah rumahnya, imbunya, tetapi mereka tetap diedukasi cara bertindak saat bencana datang.


"Bagaimana caranya kalau ada bencana, bagaimana menanggulangi, dan menghindari tertimpa bangunan, dan lain lain," ujarnya.

Mega mengatakan pihaknya harus menggelar sosialisasi secara berkelanjutan, tak cukup satu atau dua kali sosialisasi.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved