Tradisi Ngapem di Cirebon, Digelar di Bulan Safar, Bermula dari Perang Karbala
Sepanjang bulan Safar, bulan dalam kalender Islam, masyarakat Cirebon terbiasa membuat apem atau kue tradisional khas Cirebon.
Penulis: Siti Masithoh | Editor: Ichsan
Lebih lanjut, ia menjelaskan, bentuk apem itu melambangkan wafatnya Husain yang dibunuh dengan cara dimutilasi.
Di Cirebon, yang pertama melakukan tradisi Ngapem itu di Keraton Kanoman Cirebon.
Semisal di Komplek Makam Buyut Trusmi, Desa Trusmi Wetan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, apem tersebut akan selalu ada selama bulan Safar.
Mario Gomez Ungkap Alasan Mengapa Akan Tinggalkan Persib Bandung, Akhir Musim Ini https://t.co/DOQcCMlDV8 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 24, 2018
Tujuan warga membuat apem itu tidak berbarengan, agar selalu ada apem setiap harinya.
Dalam versi lain, tradisi Ngapem itu berasal dari Bahasa Arab yaitu Afwan atau yang berarti meminta maaf.
Masyarakat Cirebon yang membuat apem itu untuk saling bersilaturahmi dan meminta maaf.
Saat Tribun Jabar mengunjungi seorang warga, Suhanan (31), dia selalu membuat apem pada bulan Safar.
"Apem ini biasanya saya bagikan ke tetangga. Tujuannya sih untuk sodaqoh," katanya.
Seiring perkembangan zaman, Apem di Cirebon ada yang rasanya manis. Rasa manis itu memakai pemanis makanan.