Tradisi Ngapem di Cirebon, Digelar di Bulan Safar, Bermula dari Perang Karbala
Sepanjang bulan Safar, bulan dalam kalender Islam, masyarakat Cirebon terbiasa membuat apem atau kue tradisional khas Cirebon.
Penulis: Siti Masithoh | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Masithoh
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Sepanjang bulan Safar, bulan dalam kalender Islam, masyarakat Cirebon terbiasa membuat apem atau kue tradisional khas Cirebon.
Sejak tanggal 1 hingga 30 Safar, setiap rumah di Cirebon, selalu ada yang membuat apem.
Apem tersebut dibuat dari tepung beras yang dicampur air hangat dan tape singkong. Setelah itu, adonan diaduk hingga rata.
Biasanya, masyarakat membuatnya apem itu pada sore hari dan didiamkan semalaman. Tujuannya, agar tekstur apem menjadi lebih lembut dan mengembang.
• Foto-foto Rossa Dapat Gelar Datuk Seri dari Kerajaan Pahang Malaysia, Terlihat Cantik dan Anggun
Setelah didiamkan, pagi harinya, apem akan dicetak. Setelah selesai, apem bisa digarang maupun dikukus.
Tape singkong sendiri memberikan rasa asam. Namun, tidak terlalu asam. Sehingga rasanya lembut dan sedikit terasa asam.
Apem biasa disajikan dengan air gula merah agar lebih terasa manis dan nikmat.
Reaksi Atiqah Hasiholan Setelah Diperiksa 4,5 Jam Soal Kasus Hoaks Ratna Sarumpaet https://t.co/carkz7QIyV via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 24, 2018
Sejarawan Cirebon, Opan Safari, mengatakan, di Cirebon, tradisi tersebut dilaksanakan untuk memperingati Tragedi Karbala, yang saat ini Irak.
Menurutnya, jika dalam tulisan Jafar Assegaf, tradisi tersebut untuk memperingati wafatnya seluruh pasukan Husain bin Ali atau cucu dari Nabi Muhammad SAW. Pada perang Karbala antara Husain bin Ali dengan pasukan militer Bani Umayyah.
Pertempuran Karbala terjadi pada 10 Muharram atau 10 Oktober 680.
Perang Karbala sendiri diperingati seluruh umat Islam di Indonesia. Jika di Cirebon, dilaksanakan dengan tradisi Ngapem tersebut.
"Kalau di Cirebon tradisi ngapem itu tujuannya untuk sodaqoh. Sodaqoh itu artinya menolak bala atau musibah. Jadi, bermula dari Sejarah Karbala tersebut," katanya saat dihubungi, Rabu (24/10/2018).
Ia menambahkan, apem di Cirebon berbentuk kotak dan bulat. Apem berbentuk kotak, melambangkan badan. Apem berbentuk bulat, melambangkan kepala.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, bentuk apem itu melambangkan wafatnya Husain yang dibunuh dengan cara dimutilasi.
Di Cirebon, yang pertama melakukan tradisi Ngapem itu di Keraton Kanoman Cirebon.
Semisal di Komplek Makam Buyut Trusmi, Desa Trusmi Wetan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, apem tersebut akan selalu ada selama bulan Safar.
Mario Gomez Ungkap Alasan Mengapa Akan Tinggalkan Persib Bandung, Akhir Musim Ini https://t.co/DOQcCMlDV8 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 24, 2018
Tujuan warga membuat apem itu tidak berbarengan, agar selalu ada apem setiap harinya.
Dalam versi lain, tradisi Ngapem itu berasal dari Bahasa Arab yaitu Afwan atau yang berarti meminta maaf.
Masyarakat Cirebon yang membuat apem itu untuk saling bersilaturahmi dan meminta maaf.
Saat Tribun Jabar mengunjungi seorang warga, Suhanan (31), dia selalu membuat apem pada bulan Safar.
"Apem ini biasanya saya bagikan ke tetangga. Tujuannya sih untuk sodaqoh," katanya.
Seiring perkembangan zaman, Apem di Cirebon ada yang rasanya manis. Rasa manis itu memakai pemanis makanan.