Fenomena Hari Benar-benar Gelap 200 Tahun Lalu, Warga Berdoa dan Menangis, Menanti Tiupan Sangkakala

Hari itu, 19 Mei 1780, warga New England benar-benar ketakutan. Hari yang harusnya disinari sinar matahari, mendadak gelap seperti malam.

Penulis: Indan Kurnia Efendi | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Ilustrasi kegelapan 1780 di New England 

TRIBUNJABAR.ID - Fenomena aneh kerap terjadi di muka bumi ini.

Dengan segala kemajuan teknologi saat ini, apapun kejadiannya bisa dipelajari dan diambil kesimpulannya.

Namun bagaimana bila ada fenomena alam di masa lalu yang begitu menakutkan tapi tidak diketahui penyebabnya?

Contohnya The Dark Day, fenomena yang terjadi 200 tahun lalu di New England, Amerika Serikat.

Hari itu, 19 Mei 1780, warga New England mendadak panik dan tak tahu harus berbuat apa.

Kekayaannya Rp 10 Triliun, Chow Yun Fat Hidup Sederhana, Hanya Habiskan Rp 1,5 Juta per Bulan

Mereka pasrah dan berpikir bahwa hari itu adalah hari akhir alias kiamat.

Matahari benar-benar tidak memancarkan sinarnya, hari yang harusnya pagi menjadi gelap seperti malam.

Sapi-sapi pun telah kembali ke lumbung dan para petani tak mengerjakan apapun di ladang, mereka lebih memilih kembali ke rumah.

Padahal sebelumnya, tidak ada tanda-tanda akan terjadi hal demikian.

"Pada bulan Mei 1780, ada hari yang sangat gelap di New England, ketika ' semua wajah seakan-akan mengumpulkan kegelapan, 'dan orang-orang dipenuhi rasa takut" (Tract No. 379, American Tract Society;), seperti dikutip dari Ancient Pages.

Warga mulai bertanya-tanya, apa yang terjadi pada langit? Kala itu, tidak ada penjelasan secara ilmiah yang dapat membukakan pikiran.

10 Manfaat Air Perasan Lemon untuk Kesehatan Anda

Para pria berdoa, dan wanita menangis, semua telinga dipasang tajam untuk mendengar tiupan sangkakala kiamat dan ledakan kehancuran.

Dilansir dari BBC, hingga kini, fenomena The Dark Day masih jadi perdebatan para ilmuwan.

Muncul dugaan bahwa The Dark Day disebabkan karena gerhana. Namun, sangkaan itu tidak tepat.

Pasalnya, catatan kapan gerhana matahari terjadi. Terlebih lagi, gerhana matahari hanya terjadi selama beberapa menit, sedangkan The Dark Day seharian.

Dugaan lainnya adalah karena letusan gunung berapi. Merujuk pada letusan gunung Eyjafjallajokull pada tahun 2010 yang menyebabkan cukup abu untuk memasuki atmosfer.

Thomas Choularton, profesor ilmu atmosfer di Universitas Manchester mengatakan, awan abu vulkanik sering menyebabkan 'hari kuning'. Ia menambahkan, letusan di Gunung St Helens di Negara Bagian Washington telah menurunkan tingkat cahaya dalam beberapa dekade terakhir.

Lakukan Verifikasi, BKPPD Temukan Kesalahan dalam Berkas Pendaftaran CPNS

Namun, belum ada catatan aktivitas gunung berapi pada 1780, katanya, membuat awan abu besar penjelasan yang tidak mungkin.

"Sebuah meteorit juga tidak mungkin," kata Prof Choularton.

Sementara itu, profesor Samuel Williams dari Massachusetts yang juga mempelajari fenomena, menemukan satu hipotesa baru.

Ia mengumpulkan semua jenis laporan dan pemberitahuan surat kabar dari seluruh daerah.

"Di beberapa tempat, kegelapan itu begitu luas, orang-orang tidak bisa melihat untuk membaca koran di udara terbuka. Tingkat kegelapan ini sangat luar biasa,” kata Samuel Williams.

Cuaca di Northeast Amerika benar-benar dipelajari oleh Prof. Williams.

Alex Mendengar Letusan Sebelum Rumahnya Terbakar

Prof. Williams menyimpulkan bahwa fenomena itu disebabkan oleh asap dari kebakaran hutan yang memunculkan kabut tebal dan lapisan awan yang sangat rendah.

Bahkan kebakaran itu menyebabkan air di sungai menjadi gelap dan kotor oleh abu dan daun yang terbakar.

Nyatanya, kebakaran hutan besar dapat berkontribusi terhadap kegelapan total dengan memproduksi jelaga dalam jumlah besar yang tetap tersendat di atmosfer dalam waktu yang sangat lama bahkan berbulan-bulan.

Kebakaran itu diumumkan sebagai kemungkinan penyebab kegelapan misterius di New England pada 1780.

Ibu Haringga Sirla Minta Pelaku Penganiayaan Anaknya Dihukum Berat, Mirah: Nyawa Harus Dibayar Nyawa

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved