Gempa Donggala
Lima Jurnalis Heroik Peliput Gempa Palu Diganjar Penghargaan, Berikut Kisahnya Sangat Menegangkan
Kisah heroik lima jurnalis TV saat terjadi tsunami di Pelabuhan Pantoloan menjadi buah bibir di kalangan masyarakat Donggala, Sigi, dan Palu.
Perjalanan kembali tidak mudah. Melewati puing-puing bangunan yang berserakan, jalan rusak, dan pikiran kacau mengingat nasib keluarga masing-masing.
Saat itu, kondisi sudah gelap. Mereka terus bergerak.
"Sampai di Kelurahan Mamboro, kami melihat seorang ibu yang terjepit runtuhan bangunan. Kami berhenti dan membawanya ke tempat aman. Tampaknya ada tulang yang patah," tutur Ody.
"Kami sempat terjebak di Kelurahan Layana karena jalan tertutup. Terpaksa berhenti dan menunggu. Beberapa jam kemudian, ada iring-iringan kendaraan Brimob melintas yang membuka akses jalan. Akhirnya, sekira pukul 23.00 WITA, kami tembus Palu," kata Abdy.
Di Palu, Abdy menghadapi kenyataan keluarganya telah mengungsi. Ketika bertemu, hanya ada isteri dan anak pertama.
Sedangkan anak kedua, Andra, hilang dengan posisi terakhir yang diketahui berenang di Hotel Golden Palu yang kena tsunami. Hingga pagi, mereka mencari Andra.
Setelah hampir putus asa, mereka pulang melihat kondisi rumah.
Tak lama kemudian, Andra muncul. Anak SD itu rupanya lari ke gunung dan bermalam sendirian di sana hanya mengenakan celana renang.
Ada beberapa luka karena ditabrak motor saat lari.
Setelah memastikan keluarga semua selamat, hari itu juga mereka kembali ke "lapangan". Kembali ke bekerja seperti biasa.
"Kami baru bisa mengirim berita pada hari kedua melalui saluran yang sangat terbatas. Alhamdulillah," kata Abdy.
Setelah memastikan berada di lokasi yang aman, mereka melihat ke arah tempat tadi berhenti di dekat Pelabuhan Pantoloan.
"Sudah rata dengan tanah. Rumah-rumah hancur dan berpindah tempat. Perahu dan kapal melintang di jalan. Di mana-mana terlihat penuh puing," tutur Abdy.
Pofesional dan kepala keluarga yang baik
Erick Tamalagi, tokoh masyarakat Palu dan salah seorang pendiri Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia yang tinggal di Palu dan mengalami langsung bencana tersebut, menjadi saksi bagaimana para jurnalis TV di Palu telah bekerja dengan sangat profesional.