Kesaksian Pramugari Terjebak di Hotel Saat Gempa, Turun Lewat Genteng Lalu Ada Gemuruh Tsunami Palu
Tria Adita Utari, Pramugari Garuda Indonesia menceritakan kesaksiannya saat gempa dan tsunami Palu.
Penulis: Widia Lestari | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Cara itu dipraktikkan seorang pria yang membuka jalan bagi mereka untuk turun.
Kemudian, menyusul teman Tria Adita Utari dan seorang perempuan yang bersama mereka.
Namun, saat perempuan itu mencoba turun, gempa berguncang lagi, tangannya pun lepas dari pegangan.
"Baru setengah pegangan langsung lepas, kepalanya berdarah. Saya cepet-cepet turun juga takutnya setelah itu pipanya yang lepas karena masih ada bertahan dua orang lagi (Tria dan seorang pria)," ujarnya.
Saat itu, ia melihat temannya lari ke bawah lewat genteng seng sedangkan pria itu pun turun.
• Kronologi Pasha Ungu Selamat dari Tsunami Palu, Antara 5-10 Menit Sebelum Bencana Dia Ada di Pantai
Namun, perempuan yang kepalanya berdarah itu tampak panik dan minta pertolongan pada Trida Adita Utari.
"Saya tempelkan tangan saya ke kepala ibu itu, 'enggak apa-apa mbak, enggak apa-apa'," cerita Trida Adita Utari mencoba menenangkan ibu itu.
Ia pun meminta ibu itu untuk mengganjal kepala pakai tangan karena ingin menyusul temannya.
"Saya bilang 'Bu maaf bu tangannya diganjal ke kepala, saya harus ke temen saya,' saya kepikirnya kami cuma berdua aja saya mau susul teman saya," ujarnya.
Ia kemudian berlari di atas genteng seng. Namun, tiba-tiba ia dipanggil seorang anggota Brimob, Dian.
Tria Adita Utari yang baru berlari setengah jalan dilarang turun karena ada tsunami.
"Saya balik lagi, kaki saya kejeblos, berdarah, sama dia diulurkan tangan, ditarik. 'ini ada tsunami'. Enggak lama gemuruh tsunami itu datang gemuruhnya keras," ujar Tria Adita Utari.
Mendengar gemuruh ombak tsunami Palu, Tria Adita Utari pun merasa ketakutan.
Dalam benaknya, bencana itu seperti tsunami Aceh, pada 2004.
Akhirnya, ia dan perempuan yang terluka tadi kembali lagi ke atas dan bertahan di sana.