Kisah Mantan Suami Ratna Sarumpaet, Pemilik Tanamur Diskotek Pertama di Jakarta, Bangkrut Pada 2005
Ahmad Fahmy Alhady melihat kondisi Jakarta yang memerlukan tempat hiburan yang bisa dijangkau oleh semua kalangan.
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Kisdiantoro
TRIBUNJABAR.ID - Ahmad Fahmy Alhady adalah saudagar dari Arab yang menikahi Ratna Sarumpaet pada 1972.
Pernikahan Ahmad Fahmy Alhady dan Ratna Sarumpaet hanya bertahan 13 tahun.
Pada 1985 mereka resmi bercerai.
Mereka dikaruniai empat orang anak, yakni Fathom Saulina, Ibrahim Alhady, Mohammad Iqbal Alhady, dan artis Atiqah Hasiholan.
Kedatangan Ahmad Fahmy Alhady ke Indonesia sebenarnya untuk meneruskan bisnis ayahnya yang berjualan tekstil di Pasar Tanah Abang.
Melansir dari Intisari, saat itu Fahmy tengah menempuh pendidikan teknik industri di Jerman.
Ahmad Fahmy Alhady melihat kondisi Jakarta yang memerlukan tempat hiburan yang bisa dijangkau oleh semua kalangan.
Saat itu iklim bisnis di Jakarta tengah berkembang pesat dan banyak investasi asing melirik Indonesia.

Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, berpendapat dengan didirikannya kelab malam atau diskotek sangat membantu bagi Jakarta.
Sebab, diskotek dinilai bisa menjadi sumber pemasukan provinsi sekaligus sarana hiburan yang bisa menarik lebih banyak investor untuk tinggal lebih lama di Jakarta.
Kemudian, setelah mendapat izin dari Ali Sadikin, Fahmy mendirikan diskotek legal pertama di Jakarta dan Asia Tenggara.
Diskotek yang bernama Tanamur itu resmi dibuka pada 12 Desember 1970.
Tanamur merupakan singkatan dari Tanah Abang Timur karena diskotek itu berlokasi di jalan Tanah Abang Timur No 14.
Fahmy membangun Tanamur dengan modal berkisar Rp 20 juta hingga Rp 25 juta.

Diskotek itu berbeda dari diskotek lainnya.
Tanamur adalah rumah tua yang disulap menjadi diskotek.
Fahmy mengadopsi konsep tempat hiburan malam dari Amerika, Jerman, dan Paris.
Bangunan Tanamur bercat hitam dan ada pohon kaktus besar di pekarangan.
Pintunya bercorak klasik dengan sentuhan warna merah.
Saat menuruni anak tangga, pengunjung akan disambut lantai dansa lengkap dengan sebuah bar yang terbuat dari kayu.
Bangku-bangku Tanamur juga dibuat dari kulit kambing.
Tanamur langsung dicintai oleh publik, diskotek itu tak pernah sepi pengunjung.
• Kasus Ratna Sarumpaet, Polisi Selidiki Penggunaan Rekening untuk Biayai Sedot Lemak
• Ratna Sarumpaet Bantah Gunakan Dana Kemanusiaan Danau Toba untuk Sedot Lemak
Sebagian besar orang asing yang menjadi pengunjung diskotek itu, namun ada juga remaja dan para sosialita Jakarta.
Tiket masuk Tanamur saat itu dibanderol Rp 10-20 ribu dan pengunjung bisa mendapat satu porsi minuman gratis dengan menukar tiket masuk.
Tanamur dilengkapi piringan hitam dan kemudian berubah dengan mengundang DJ.
Salah satu DJ yang sering manggung di Tanamur adalah DJ Vincent.
DJ Vincent berasal dari Merauke, Papua. Awalnya datang ke Jakarta untu mengadu nasib menjadi TNI AL namun nasib berkata lain.
DJ Vincent juga selalu memutarkan lagu yang ia kemas sendiri dan tak segan menolak memutar lagu yang sedang hits.

Meski begitu, Tanamur tidak pernah ketinggalan zaman. Bahkan, saat lagu baru dirilis, Tanamur langsung punya piringan hitamnya.
Karena eksistensinya, Tanamur makin dapat tempat di hati para pengunjung.
Tanamur dapat memuat 800 hingga 1.000 pengunjung.
saat terjadi krisis moneter di tahun 1990-an, Tanamur mulai meredup.
Para pengunjung yang datang berkurang.
Terlebih lagi sejak peristiwa bom Bali 2002, pengunjung menjadi enggan datang ke diskotek.
Tanamur akhirnya bangkrut dan resmi ditutup pada tahun 2005.
• Sandiaga Uno Belum Pasti Beri Pendampingan Hukum Untuk Ratna Sarumpaet
• Anies Baswedan Akui Pemprov DKI Jakarta Biayai Keberangkatan Ratna Sarumpaet ke Cile