Pohon Cengkih Tertua di Dunia Ternyata ada di Indonesia, Sampai Sekarang Masih Berproduksi
Pohon tersebut berada pada ketinggian 800 m, sekitar 2 km dari Pos Pengamatan Gunungapi Gamalama di Marikrubu ke arah baratlaut.
TRIBUNJABAR.ID, TERNATE - Gunung Gamalama yang berada di Pulau Ternate, Maluku Utara, meletus dan mengeluarkan abu vulkanik pada Kamis (4/10/2018) sekitar pukul 11.52 WIT.
Siapa sangka jika di Gunung Gamalama, terdapat tanaman cengkih yang disebut sebagai pohon cengkih tertua di dunia.
Adalah cengkih afo, pohon cengkeh yang sudah ada sejak zaman VOC dan masih berproduksi hingga kini.
Dilansir dari vsi.esdm.go.id, batang pohon cengkih afo berdiameter lebih dari 10 m atau seukuran empat pelukan orang dewasa.
Pohon tersebut berada pada ketinggian 800 m, sekitar 2 km dari Pos Pengamatan Gunungapi Gamalama di Marikrubu ke arah baratlaut.

Atau tepatnya kebun Air Tege-Tege Kelurahan Marikurubu, Kecamatan Ternate Tengah, lereng Gunung Gamalama.
Sayangnya, hingga saat ini, pohon cengkeh afo hanya tersisa dua pohon yang masih berdiri tegak dengan umur sekitar 200 tahun.
Pohon cengkih afo generasi pertama telah berusia lebih dari 400 tahun dan sudah mati menyisakan puing-puingnya.
Pohon cengkih afo ini memiliki tinggi 36,60 m, garis tengah 198 m, dan lingkaran 4,26 m.
Dilansir dari Warta Kota, cengkih Afo 1 bisa menghasilkan buah cengkih 600 kilogram semasa hidupnya hingga 1990-an.
Sejarawan JJ Rizal menyebut, keberadaan cengkih Afo membuktikan, nenek moyang cengkih berasal dari daerah Maluku Utara, satu di antaranya di Ternate.
• Petisi Persib Bandung Pindah Liga Thailand Sudah Didukung 8 Ribu Orang Hingga Petang Ini
• Presiden Sukarno dan Presiden Soeharto Ternyata Juga Pernah Termakan Hoaks, Ini Ceritanya
Ia pun membenarkan, tidak ada penjelasan pasti kapan pertama kali cengkih ditemukan.
“Catatan sejarah menjelaskan, dulu masyarakat setempat justru tidak mengenal cengkih sebelum kedatangan para pedagang-pedagang dari China."
"Tidak jelas kapan pertama distribusi cengkih ini mulai dilakukan," kata dia.
Hanya saja, sekitar lima tahun sebelum masehi, ada budaya di China dimana tingkat kebangsawanan seseorang di sana dilihat dari berapa banyak dia mengunyah cengkih.