Tradisi Membuat Bubur Sura di Cirebon, Ternyata Diambil dari Kisah Nabi Nuh, Begini Filosopinya
Saat dihampiri, mereka sedang mengaduk bubur. Bubur itu nampak sama dengan bubur pada umumnya.
Penulis: Siti Masithoh | Editor: Ichsan
Bubur Sura juga biasa disajikan dengan ati, oreg tempe, sambal, dan kerupuk. Rasanya gurih dan sangat lembut di mulut.
Inti dari peringatan pembuatan bubur tersebut adalah agar manusia dapat bergotong-royong, tolong menolong, dan saling mengasihi terhadap orang yang tidak mampu.
Tahun ini, di Museum Pangeran Pasarean khusus membuat Bubur Sura sebanyak satu kuintal.
Semua bahan-bahannya didapatkan dari sumbangan warga sekitar. Dibuatnya pun masih menggunakan kayu bakar.
"Dari 11 kuali ini pembuatan bubur baru setengah kuintal dari pukul 11.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB," kata seorang warga, Dasmi (60), sembari mengaduk bubur.
Haikal Hassan Berani Sumpah Sebut Habib Rizieq Ingin Pulang ke Indonesia tapi Dihalangi, Dia Dicekal https://t.co/9pHXwxFBY8 lewat @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 20, 2018
Persiapan pembuatan bubur sendiri dimulai sejak dua hari sebelum pelaksanaan, mulai dari pengupasan bumbu, penyediaan kayu, dan membersihkan beras.
"Ini sengaja dibuat banyak karena semakin tahun antusias masyarakat yang ingin menyumbangkan hartanya semakin banyak. Pengunjung juga semakin banyak setiap tahunnya," kata R Hasan Ashari.
Peringatan Bubur Sura itu juga biasa diperingati dengan memberikan santunan kepada anak yatim, salawatan, hingga pengajian.