Menelisik Jejak Mbah Kuwu Sangkan Cirebon dalam Naskah Serat Cakra Buana, Mertua Sunan Gunung Jati

Pangeran Cakra Buana atau akrab disapa Mbah Kuwu Sangkan Cirebon adalah paman sekaligus mertua dari Sunan Gunung Jati.

Penulis: Siti Masithoh | Editor: Yudha Maulana
Tribun Jabar/Siti Masithoh
Sejarawan Cirebon, Opan Safari, saat menunjukkan naskah Serat Carub Kanda di Makam Sunan Gunung Djati, Cirebon, Selasa (11/9/2018). Naskah tersebut secara keseluruhan memceritakan sejarah Pangeran Cakra Buana Cirebon. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Masithoh

TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Pangeran Cakra Buana atau akrab disapa Mbah Kuwu Sangkan Cirebon adalah paman sekaligus mertua dari Sunan Gunung Jati.

Makamnya¸tepat berada di samping makam Sunan Gunung Jati Cirebon.

Cerita mengenai perjuangan Pangeran Cakra Buana saat belajar agama Islam terdapat dalam Naskah Serat Cakra Buana. Ia wafat tahun 1529 Masehi.

Pangeran Cakra Buana meminta dimakamkan di atas Gunung Sembung. Di gunung tersebut ditanami pohon Sembung sehingga dinamakan Gunung Sembung.

Ia sengaja meminta dikuburkan di sana karena tempat tersebut merupakan tempat persinggahannya. Nama bukitnya adalah Astanaq Nur Giri Cipta Rengga.

Yang pertama dimakamkan di dalam makam utama Komplek Sunan Gunung Jati adalah Puteri Ong Tien atau istri Sunan Gunung Jati dan yang kedua adalah Pangeran Cakra Buana.

“Pangeran Cakra Buana lahir di Pakuan Pajajaran dan ibunya merupakan asli keturunan Singapura,” kata Opan Safari sambil terus membuka naskah tersebut.

Di bawah Bukit Astana Nur Giri Cipta Rengga ada sebuah kanal bernama Kanal Condong dan pesantren Gunung Jati tersebut berdiri di atas tempat yang dulunya dijadikan Pasar Internasional di Cirebon.

“Untuk cerita pasar internasional ada dalam Naskah Purwaka Caruban Nagari. Saat ini naskah tersebut sudah dicetak dan bisa dibaca oleh siapa saja,” ujar sejarawan Cirebon, Opan Safari saat ditemui di Makam Sunan Gunung Jati, Selasa (11/9/2018).

Singkat cerita, dalam naskah tersebut diceritakan tentang pelantikan Sunan Gunung Jati menjadi seorang raja oleh Pangeran Cakra Buana hingga perjuangan Pangeran Cakra Buana menuntut Agama Islam.

Begini kisahnya :

Bermula dari berbagai pedagang yang ada di pelabuhan Cirebon, ada seorang pedagang Arab yang membawa puteri cantik bernama Siti Syarifah.

Dari pernikahan Ki Gedeng Tapa dengan Siti Syarifah, lahirlah Nyi Mas Subang Keranjang yang dikenal sebagai perempuan tercantik saat itu.

Nyi Mas Subang Keranjang disekolahkan untuk belajar Al-Quran di Karawang. Saat ia sedang melantunkan ayat suci Al-Quran, ada seorang lelaki keturunan mahkota Galuh yang bernama Pangeran Dewata yang langsung jatuh hati kepadanya hingga keduanya menikah.

Di dalam naskah tersebut disebutkan tahun 1427 M beliau diangkat menjadi Maha Raja yang menyatukan Kerajaan Galuh dan Kerajaan Pajajaran.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved