Guru Honorer
Ini 7 Fakta Dewi, Guru 22 Tahun Mengajar, Status Masih Honorer
Dewi Kustini Kusasi (54), adalah guru SMKN 2 Bandung yang sudah 22 tahun mengajar tapi masih berstatus honorer.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Theofilus Richard
Meskipun beberapa rekan-rekan seprofesinya sudah diangkat jadi ASN, Dewi mengaku tidak mempermasalahkannya.
Faktor lingkungan sekolahnya yang bisa membuat dia bertahan mengajar di SMKN 2 Bandung.
"Ya memang mungkin ada hak yang enggak dapet. Misalkan, ada beberapa kali ya, ASN kan banyak (fasilitasnya), tunjangan mungkin ya. Tapi, saya bertahan di sini karena senang dengan lingkungannya. Senangnya ya dari rekan kerja, pimpinan, siswa-siswa. Pimpinan memperhatikan betul, siswa-siswanya juga bisa diatur. Kalau siswa susah diatur pasti sebagai guru, saya juga enggak nyaman," katanya.
4. Menjadi Guru Karena Orang Tua
Dewi mengaku menjadi guru awalnya bukan merupakan pilihan.
Dia dianjurkan oleh orang tuanya, terutama ayahnya yang merupakan dosen di UPI (dulu IKIP Bandung) untuk menjadi guru, pahlawan tanpa tanda jasa.
Orang tua Dewi, bukan tanpa alasan menginginkan putrinya menjadi guru.
Dengan menjadi guru, waktu bersama keluarga tidak akan tersita terlalu banyak.
5. Senang Berkomunikasi
Dewi pun menyanggupi permintaan orang tuanya itu lantaran dia sendiri menyukai pekerjaan yang membutuhkan banyak komunikasi.
Saat menjadi guru, dia mengaku senang bisa berkomunikasi dengan siswa.
"(Menjadi guru) kita bisa mencurahkan ilmu dan kasih sayang. Inilah dunia saya, bukan di belakang meja menulis. Saya suka beragam anak dan karakternya," katanya.
• Gemar Baca Buku, Tedi Iskandar Rintis Usaha Menjual Buku Jadul
6. Pengalaman Berkesan
Selama 22 tahun mengajar di SMKN 2 Bandung, Dewi memiliki beberapa cerita mengesankan yang masih diingatnya.
Dia mengaku terkesan dengan dukungan kepala sekolahnya ketika dia mau mengajukan kuliah Akta IV di Universitas Langlangbuana tahun 2008.
7. Ikhlas Walaupun Tak Diangkat
Dewi yang akan mengakhiri masa kerjanya tahun 2024, mengaku hanya ingin bisa lebih baik lagi dalam hal mengajar.
Dia pun ikhlas tidak diangkat jadi ASN atau apabila nanti tugasnya sudah berakhir sebagai guru, dia tak mendapatkan uang pensiun.
"Enggak apa-apa lah. Ikhlas," kata Sarjana Ekonomi Universitas Pasundan ini sembari tersenyum.