Jhator, Pemakaman Mengerikan yang Libatkan Burung Nasar - Jenazah Tak Dikuburkan di Tanah
Orang Tibet asli percaya bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi sesama, bahkan hingga akhir hayatnya.
TRIBUNJABAR.ID - Di Indonesia, kita mengenal pemakaman yang umum yaitu dengan menguburkan jenazah di dalam tanah.
Ada pula yang melakukan kremasi pada jenazah untuk abunya dikubur atau disimpan.
Namun, orang-orang di daerah Tibet dan Mongolia punya tradisi pemakaman yang mungkin tidak pernah kita pikirkan sebelumnya.
Tradisi ini disebut Jhator atau Sky Burial.
Orang Tibet asli percaya bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi sesama, bahkan hingga akhir hayatnya.
Maka muncullah tradisi Jhator ini.
Setelah kematian seorang warga Tibet asli, jenazahnya tidak boleh diganggu selama tiga hari penuh.
• Mantan Sopir Tangki Pertamina yang Kena PHK itu, Kini Jualan Bendera Merah Putih di Pinggir Jalan
Jenazah itu sebelumnya dibersihkan dan dibungkus dengan kain putih dengan posisi meringkuk seperti janin.
Sebagian jenazah yang tidak bisa diposisikan serupa akan dibiarkan telentang.
Jenazah itu akan dibawa ke Biara Drigungtil Ogmin Jangchubling yang merupakan pusat prosesi Jhator di Tibet.
Prosesi selanjutnya akan dimulai pada dini hari dan jenazah tersebut akan diletakkan di atas altar.
• Indikator Kabupaten Layak Anak Bukan Hanya Seberapa Banyak Kasus diungkap
Biksu akan membacakan mantra seolah mendoakan jenazah itu dan membakar dupa di sekelilingnya.
Anggota keluarga diperbolehkan menemani dan menunggu saat biksu membaca mantra, tapi tak boleh melihat prosesi selanjutnya.
Setelah pembacaan mantra selesai, tubuh jenazah akan disayat atau dipotong kecil hingga beberapa bagian oleh seorang anggota biara yang disebut Rogyapas.
Rogyapas beserta asistennya menggunakan alat dari batu untuk menghancurkan tulang dan daging lalu mencampurnya dengan tepung, mentega dan susu.