Menurut Pemerhati Anak, Ini Upaya yang Dapat Dilakukan Agar Tragedi di Garut Tak Terulang Kembali
Kekerasan di tengah lingkungan anak memang sering terjadi dan menjadi fenomena gunung es yang harus disikapi secara serius oleh berbagai pihak.
Penulis: Isep Heri Herdiansah | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Isep Heri
TRIBUNJABAR.ID, TASIKMALAYA - Beberapa waktu ini masyarakat dihebohkan kasus meregangnya nyawa bocah di Garut setelah ditikam teman sekelasnya.
Kekerasan di tengah lingkungan anak memang sering terjadi dan menjadi fenomena gunung es yang harus disikapi secara serius oleh berbagai pihak.
Lalu, bagaimana upaya yang mampu kita lakukan agar kejadian di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut tak kembali terus terulang?
Gelombang Tinggi Sempat Hantam Beberapa Titik Pantai di Pangandaran Tadi Pagi https://t.co/a1Q85856Kr via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 25, 2018
Tokoh perlindungan anak nasional, Seto Mulyadi atau yang disapa Kak Seto, mengatakan bahwa hal yang paling sederhana ialah melalui pemberdayaan keluarga.
"Pemberdayaan keluarga melalui kepedulian warga di sekitar, kalau bisa dibentuk segera seksi perlindungan anak di tingkat rukun tetangga," katanya saat ditemui seusai mengisi acara talk show hari anak nasional di Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (25/7/2018).
Sejauh ini, Kak Seto menyebut, baru ada tiga Kabupaten atau Kota di Indonesia yang menerapkan gagasan tersebut.
"Sudah ada 3 kabupaten/kota yang merintis kegiatan tersebut dan bisa meminimalisir kasus kekerasan terhadap anak maupun oleh anak. Di antaranya Tangerang selatan, Banyuwangi, dan Kabupaten Bengkulu Utara," sebutnya.
Dia mengatakan, kejadian di Garut adalah satu dari banyak kasus kekerasan yang terjadi di dunia anak.
"Laporan kekerasan masih tinggi tapi meningginya itu merupakan indikator kepedulian dari pelapor terhadap perlindungan anak," kata dia.
• Ini 4 Alasan Kamu Harus ke Warung Salse, Tempat Asik Bernuansa Alam yang Sajikan Menu Khas Nusantara
Untuk di daerah, ujar dia kasus yang seringkali menonjol adalah kasus pengabaian terhadap anak oleh orangtua.
Sementara itu, Komisioner KPAI, Erlinda, menyebut pola asuh sangat berperan penting agar kejadian di Garut tak kembali berulang.
"Kita harus ajarkan anak menjadi pribadi yang memiliki etika, etika di sini bukan hanya sopan santun tapi bagaiman menghargai tubuh orang, diajarkan kepada anak-anak mana yang benar mana yang salah," katanya.
Untuk mendorong hal itu, Erlinda menjelaskan, perlu adanya peran pemerintah daerah dalam membangun keluarga yang berkualitas.
"Pemerintah daerah itu juga harus membuat program penguatan keluarga, semisal pemahamam parenting dan juga pola asuh di zaman now harus diketahui seperti apa," jelasnya.
Selain keluarga, lingkungan permainan, dan pemerintah, yang harus berperan disini kata dia adalah unsur pendidikan.
"Sekolah itu harga mati menjadi lingkungan ramah anak, bahkan dalam intruksi Presiden tentang anti bulying. Kami harap bisa diimplementasikan dengan baik di seluruh daerah," ucapnya.
Dia menambahkan, pekerjaan rumah yang cukup mendasar adalah bagaimana membangun pola pikir kepada seluruh elemen masyarakat tentang perlindungan anak dan pemenuhan hak anak.
• KPAI Akan Fasilitasi Proses Trauma Healing Bocah Pelaku Penikaman di Garut
• Di Soreang, Yellow Line Khusus Penyandang Disabilitas Terpasang Terlalu ke Pinggir dan Membahayakan