Pilgub Jabar 2018
Penjelasan Melejitnya Suara Sudrajat-Ahmad Syaikhu di Jabar Menurut Denny JA
Di wilayah lain, walau ada pula kontroversi, tapi tidak dimobilisasi sedemikian rupa karena tak terasa “pilpres.”
Pertama, hasil survei sebenarnya hanyalah potret dukungan saat survei dilakukan saja. Hasil survei itu bukan prediksi apa yang akan terjadi beberapa hari kemudian di hari pemilu, hari pencoblosan.
Namun umumnya hasil survei paling akhir itu juga dijadikan prediksi hasil pemilu, di Indonesia, bahkan di semua negara modern. Mengapa? Untuk 80-90 persen kasus, jika survei itu dilakukan dengan benar, hanya beberapa hari sebelum hari pencoblosan, sangat jarang terjadi perubahan signifikan di atas margin of error.
Kedua, tak ada konspirasi aneka lembaga survei itu untuk mengatur bersama berapa persentase masing masing kandidat dalam survei.
Aneka lembaga survei itu bekerja secara independen. Bahkan beberapa lembaga survei itu bersaing dan sering berhadapan dalam pilkada atau pemilu.
Soal pilkada DKI Jakarta, sebagai misal, LSI Denny JA dikenal sebagai pollster dan konsultan politik yang bahkan setahun sebelum pilkada DKI memberitakan Ahok yang kuat tapi bisa dikalahkan.
Baca: Oknum The Jak Pemukul Anak Menteri di Stadion PTIK Jadi Tersangka
Baca: Resmi jadi Istri Caisar, Intan Sri Mardiani Bantah Pernah jadi Sopir Indadari
Mengapa LSI Denny JA untuk kasus Jateng dan Jabar seirama dengan lembaga survei lain, yang dalam pilkada DKI berhadapan? Datanya memang demikian. Dalam dunia survei yang kredibel, data adalah panglima.
Ketiga, berbedanya hasil pilkada dengan survei terakhir untuk kasus Jateng dan Jabar tidak fatal. Itu berbeda dengan kasus Trump dan Hillary. Ukuran fatal atau tidak adalah soal siapa yang menang.
Untuk kasus Hillary dan Trump, pemenangnya terbalik. Hillary yang diprediksi menang, tapi Trump yang ternyata menang.
Untuk kasus Jabar dan Jateng, hasilnya sama. Yang menang pilkada sama dengan hasil survei terakhir: RK di Jabar, dan Ganjar Pranowo di Jateng. Perbedaan hanya terjadi pada lonjakan dukungan Asyik di Jabar yang tetap kalah, dan Sudirman- Ida di Jateng yang juga tetap kalah.
Bagaimana menjelaskan lonjakan Asyik dan Sudirman-Ida?
LSI Denny JA hanya menjelaskan otopsi survei terakhir Denny JA saja. Lembaga lain tentu dapat menjelaskannya sendiri. Lonjakan Itu terjadi karena kombinasi beberapa variabel ini.
Pertama, seminggu terakhir sebelum hari pencoblosan, terjadi mobilisasi dukungan yang efektif untuk Asyik di Jabar dan Sudirman-Ida di Jateng. Gerakan seminggu terakhir ini tak lagi terpantau oleh survei LSI Denny JA.
Survei terakhir Denny JA di Jabar dan di Jateng, mengambil data sebelum seminggu terakhir. Tentu survei tak bisa membaca apa yang belum terjadi.
Kedua, mobilisasi Asyik di Jabar dan Sudirman-Ida di Jateng berhasil mengambil mayoritas telak pemilih yang masih mengambang.
Silahkan kita ketik di mesin pencari google. Untuk kasus Jabar, survei terskhir LSI Denny JA mencatat suara yang masih mengambang sebesar 39 persen.