Kapal Terbalik di Danau Toba

Kisah Mereka yang Luput dari Maut di Musibah Tenggelamnya KM Sinar Bangun

Riko merupakan korban selamat lainnya selepas insiden tenggelamnya kapal penumpang KM Sinar Bangun

Editor: Ravianto
tribun medan/ist
KM Sinar Bangun sebelum tenggelam 

Dino kemudian memungut dua pelampung, melepaskan ikatannya, dan memakainya.

Sisanya ia bagi kepada seorang penumpang lain.

"Kapal feri berhenti. Awak kapal feri menarik penumpang tenggelam yang berhasil mengambil pelampung. Saya enggak tahu jumlah penumpang yang diselamatkan kapal feri. Saya fokus menolong orang naik ke atas kapal kecil. Total yang berhasil saya tolong ada lima orang," tuturnya.

Sementara penumpang selamat lainnya ditolong oleh awak kapal feri KMP Sumut dan dua kernet KM Cinta Damai.

Ia sendiri ke daratan menaiki KM Cinta Damai. Setelah sampai di daratan ia langsung pulang menemui istri dan anak-anaknya. Ia baru ke puskesmas pada keesokan harinya.

KM Sinar Bangun
KM Sinar Bangun (Ist)

Soal ongkos untuk naik KM Sinar Bangun, ia menyebut memang penumpang tak ada membeli tiket.

"Ongkos Rp 7 ribu per orang. Sepeda motor Rp 8 ribu. Kalau kapal kayu enggak ada didata-data. Ditarik ongkos saat udah jalan kapalnya," sebutnya.

2. Selamat lantaran Memeluk Helm

Air mata mengucur deras tanpa henti di pipi Juwita Sumbayak kala tim medis memberikan obat dan makanan untuknya.

Juwita merupakan satu di antara korban selamat kapal karam.

Juwita menangis sembari memanggil-manggil anaknya dan menyebutkan 18 anggota keluarganya yang hilang akibat peristiwa ini.

Dalam balutan selimut, Juwita Sumbayak masih legawa mengisahkan pengalamannya.

Menurutnya, kapal yang ditumpanginya tenggelam karena kelebihan muatan.

Juwita Sumbayak, korban selamat KM Sinar Bangun yang dirawat di RSUD Hadrianus Sinaga, Pangururan.
Juwita Sumbayak, korban selamat KM Sinar Bangun yang dirawat di RSUD Hadrianus Sinaga, Pangururan. (facebook)

Juwita memperkirakan ada 200 penumpang yang diangkut KM Sinar Bangun.

Ketakutan mendera, saat angin kencang menghempas badan kapal, walhasil kapal oleng ke sebelah kanan.

Ombak selanjutnya yang cukup tinggi menggoyangkan kapal hingga terbalik.

Juwita tak sempat mencerna situasi yang begitu cepat terjadi.

Ia meraih dan memeluk helm setelah tercebur ke air. Sekelebat pikiran muncul bahwa helm itu dapat membantunya untuk  mengapung.

"Ngeri loh, ngeri. Aku sebenarnya sudah pasrah. Aku selamat karena kupegang helm. Aku pun udah gak mau lagi selamat. Udah pasrah mau mati saja," ujarnya terbata-bata.

Juwita sempat melihat seluruh penumpang berhamburan ke air danau.

Saat terapung dengan helm, Juwita melihat tubuh penumpang yang terombang-ambing.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved