Disebut Tak Punya Hati Nurani, Nahkoda KMP Sumut II Ungkap Alasan Tak Tolong Korban KM Sinar Bangun
Namun, ternyata ada alasan tersendiri mengapa nahkoda KMP Sumut II melakukan hal tersebut.
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Fidya Alifa Puspafirdausi
7. 2018
KM Sinar Bangun tenggelam di tengah danau akibat melebih kapasitas bawa penumpang lebih dari 200 orang, hilang 178 orang.
Insiden yang paling awal tercatat yaitu bertabrakannya dua kapal pada tahun 1955.
Akibat kecelakaan itu, 55 orang meninggal dunia.
Pada tahun 1986 dan 1987, kecelakaan kembali terjadi dan menelan korban jiwa.
Insiden yang disebut-sebut sebagai kecelakaan kapal terbesar di Danau Toba terjadi tahun 1997.
Kala itu, KM Peldatari tenggelam dan menewaskan puluhan penumpang.
Penyebab kejadian ini diduga karena muatan kapal yang melampaui kapasitas.
Sebagian besar korban yang meninggal adalah anak-anak muda perajin kayu untuk souvenir yang dijual ke Tomok atau Parapat.
Insiden berikutnya terjadi saat Perayaan Pesta Danau Toba 2013.
Pesta yang harusnya berlangsung meriah itu justru dibarengi kejadian mengerikan saat sebuah kapal motor bertabrakan dengan ferry Rao Toba I.
Insiden bermula saat kapal ferry Tao Toba I berlayar dari Pelabuhan Tomok menuju Parapat. Kapal tersebut menyerempat KM Yola yang kelebihan penumpang.
Sebanyak 81 orang penumpang berhasil diselamatkan dan empat orang dinyatakan hilang.
Kecelakaan di perairan Danau Toba kembali terjadi pada Mei 2016.
Sebuah kapal kayu bertabrakan dengan kapal boat dan mengakibatkan sejumlah penumpang luka.
Menurut laporan, tidak ada korban tewas dalam insiden ini.
Kecelakaan kapal paling baru tentu saja yang menimpa KM Sinar Bangun.
Penyebab tenggelamn KM Sinar Bangun bisa dibilang sama dengan yang dialami KM Peldatari, yaitu kelebihan muatan.
(Tribun Medan/Hendra Gunawan)