Coba 5 Hari Tanpa Media Sosial, Begini Efek Positifnya Bagi Tubuhmu
Walaupun hidup tanpa media sosial terkesan tidak mungkin bagi sebagian besar orang, namun tawaran ini selayaknya harus kamu pertimbangkan
TRIBUNJABAR.ID - Bermedia sosial, kini sudah menjadi salah satu rutinitas sehari-hari bagi sebagian besar orang saat ini.
Hampir setiap orang di dunia memiliki satu akun media sosial.
Media sosial pada awalnya digunakan untuk bersosialisasi dengan orang lain yang jarang kita jumpai.
Entah karena terbatas waktu ataupun jarak tinggal.
Tapi media sosial sekarang sudah layaknya seperti kehidupan manusia pada umumnya.
Baca: Pjs Gubernur Jabar Iwan Bule Ancam Beri Sanksi ASN yang Bolos Pascalibur Lebaran
Sering ditemui, hanya berjarak kamar dan ruang tamu dua orang saling berkirim pesan melalui fitur direct message.
Atau, kita juga bisa tahu kapan seseorang sudah bangun tidur dilihat dari waktu terakhir ia aktif membuka akun media sosialnya.
Media sosial memang sejatinya dimaksudkan untuk memberikan dampak positif.
Tapi terkadang penggunanya belum terlalu pintar untuk menyikapi fitur-fitur yang ditawarkan.
Baca: Umuh Muchtar Sindir Persija Jakarta Tentang Stadion, Seharusnya Dipikirkan Jauh-jauh Hari
Walaupun hidup tanpa media sosial terkesan tidak mungkin, namun tawaran ini selayaknya harus kamu pertimbangkan sekarang juga.
Mengutip dari artikel terbitan laman Curiosity (18/6/2018), sebuah penelitian mengungkapkan bahwa media sosial sudah menjadi indikator mood dan level stress seseorang.
Eric Vanman dari University of Queensland, Australia, meneliti 128 orang pengguna aktif media sosial jejaring Facebook untuk mengetahui tingkat kepuasan hidup, level stress, dan mood mereka.
Bukan cuma dari perilaku dan aktivitas otak saja, tim peneliti juga mengambil sampel air ludah masing-masing partisipan untuk mengecek kadar hormon kortisol-nya.
Kadar hormon kortisol mampu mencerminkan tingkat stress seseorang.
Baca: Pria Ini Pacari Bintang Film Dewasa, Coba Jujur Pada Sang Ibu, Balasannya Tak Terduga
Semakin tinggi kadarnya, maka semakin banyak pula produksi hormon kortisol pada tubuh.