Diduga Berafiliasi dengan HTI, Ini 8 Fakta Seputar Pembekuan HATI oleh ITB
Melalui tulisan ini akan dirangkum sejumlah hal mengenai pembekuan HATI oleh ITB.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Yongky Yulius
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) telah membekukan organisasi kemahasiswaan Harmoni Amal dan Titian Ilmu (HATI).
HATI dibekukan karena diduga berafiliasi dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Melalui tulisan ini akan dirangkum sejumlah hal mengenai pembekuan HATI oleh ITB.
Seusai Sebut Lebay, Kini Nikita Mirzani Berbalas DM dengan Via Vallen, Lihat yang Dibicarakan https://t.co/eBYKSp5pNr via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) June 9, 2018
Simak selengkapnya:
1. Mengundang Tokoh HTI
Wakil Rektor Bidang Akademi dan Kemahasiswaan ITB, Prof Bermawi P Iskandar, menjelaskan, pembekuan HATI dilakukannya dua pekan lalu sebagai langkah terakhir,
Sebelumnya, ITB memberikan teguran dan peringatan lantaran organisasi ini sempat beberapa kali mengundang tokoh-tokoh HTI dalam diskusinya.
"Organisasi kemahasiswaan ini adalah HATI (Harmoni Amal dan Titian Ilmu), Organisasi ini sebetulnya sudah dua tahun lalu kami berikan peringatan karena mengundang tokoh-tokoh HTI," ujar Bermawi ditemui di Gedung Rektorat ITB, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Rabu (6/6/2018).
2. Mempunyai 59 Anggota
Organisasi ini sudah eksis di ITB sejak lima tahun lalu.
Dari 15 ribu mahasiswa S1 ITB, yang menjadi anggota HATI sekitar 59 orang.
Namun setiap diskusi yang mengundang tokoh dari luar hanya 6-14 mahasiswa.
Mahasiswa ini, kata Bermawi, usianya relatif muda dan masih mencari jati diri, tidak lepas dari belajar satu aliran agama tertentu, studi sosial dan lainnya.
Baca: Jadi Biang Macet di Pasar Limbangan, Kusir Delman: Itu yang Bawa Kuda, Saya Cuma Mengendalikan
3. Kemungkinan Dapat Dibubarkan
Tidak menutup kemungkinan organisasi ini bisa dibubarkan apabila ada indikasi yang dianggap membahayakan di institusi pendidikan.
Namun, sementara ini, HATI masih pada tataran diskusi.
"Ya alhamdulillah tidak ada yang sifatnya merusak ya. Mereka pada tataran berdikusi, pemikiran. Jadi masih wacana. Kalaupun sistem negara khilafah ini masih wacana. Untuk itu kami perlu meluruskan mereka," ujar Bermawi.
4. Khawatir dengan Keputusan Kampus
Menkosospol Keluarga Mahasiswa ITB (KM-ITB), Galih Norma Ramadhan (24), mengatakan, keputusan pembekuan dikhawatirkan belum didasarkan pada komunikasi yang baik antara kampus dan HATI.
Kampus, ujar Galih, merupakan wadah terbuka bagi siapapun untuk belajar berbagai macam pengetahuan, termasuk ideologi.
Secara kebebasan berpikir, ideologi apapun, harusnya dapat dibahas di kampus secara ilmiah.
"Harusnya pihak kampus lebih bisa membuka diskusi dengan ruang dialog, agar mengetahui secara lebih komprehensif. Karena harus kita pahami di dalam kampus sebagai wadah belajar dan memahami pengetahuan," ujar Galih saat ditemui Tribun Jabar di kampus ITB, Jalan Ganesa, Kota Bandung, Kamis (7/6/2018).
"Bukan berarti saya mendukung radikalisme, di sini kita tegas menolak itu, tapi harusnya bisa dicari akar permasalahannya secara lebih komprehensif," sambungnya.
Baca: Berawal dari Suka Kereta Api, Arvin Kini Jadi Relawan di Stasiun Amankan Para Pemudik
5. HATI Membantah Berafiliasi dengan HTI
Ketua Umum HATI, Priagung Satyagama, membantah organisasi kemahasiswaan yang diketuainya berafiliasi dengan HTI.
"Perlu ada pembuktian. Bukti konkret afiliasi suatu organisasi itu bisa dilihat di AD ART, dan saya rasa di AD ART kami enggak ada pernyataan bahwa kita afiliasi dengan HTI," ujarnya kepada Tribun Jabar melalui pesan instan Whatsapp, Jumat (8/6/2018).
Kendati demikian, dia tak memungkiri terkait dengan adanya anggota HATI yang juga anggota HTI.
"Saya rasa itu bisa saja, sangat mungkin untuk setiap organisasi. Saya tentu tidak bisa membatasi anggota HATI untuk tidak aktif di organisasi lain, sehingga tidak bijak jika menilai HATI berafiliasi dengan HTI jika argumen nya hanya karena ada anggota HATI yang juga anggota HTI," kata Priagung.
6. HATI Tak Tinggal Diam
Ketua Umum HATI, Priagung Satyagama, mengatakan, pihaknya akan melakukan advokasi.
"Kami akan coba untuk terus melakukan advokasi, kita juga akan coba untuk minta tolong ke pihak kabinet KM ITB," ujarnya.
Priagung mengatakan, pembekuan HATI sudah terjadi semenjak awal tahun.
Pembekuan, beda dengan pembubaran. Jadi, HATI tetap ada dan tetap bisa beraktivitas.
"Hanya saja kami tidak bisa menggunakan fasilitas kampus seperti gedung-gedung dan sebagainya, dan kita tidak mendapatkan bantuan dana dari pihak kampus," kata Priagung.
Baca: Perempuan Ini Nyaris Gagal Naik KA Gara-gara Kelinci Seharga Rp 120 Ribu
7. Presiden KM ITB akan Melakukan Advokasi
Presiden Keluarga Mahasiswa (KM) ITB, Ahmad Wali Radhi, mengaku, akan segera melakukan komunikasi dengan pihak HATI.
Dia juga akan melakukan advokasi agar duduk permasalahannya semakin jelas.
"Sebenarnya ini berkaitan dengan statement Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang menyebutkan tujuh kampus terpapar radikalisme. Saya kira BNPT tidak komunikatif dengan kami. Mereka seenaknya mengeluarkan statement. Padahal data mereka kurang. Akhirnya hal-hal seperti ini (dugaan HATI berafiliasi dengan HTI) menyeruak dengan mudah," ujarnya kepada Tribun Jabar, Kamis (7/6/2018) di kampusnya, Jalan Ganesa, Kota Bandung.
"ITB sejak dulu punya komitmen besar untuk mencegah adanya tindakan radikalisme. Sebenarnya secara kultural historis sejak dahulu, organisasi kemahasiswaan ITB cenderung tidak banyak terpengaruh oganisasi ekstra kampus," sambung Ahmad.
8. Sekretariat Sudah Tertutup Rapat
Sekretariat organisasi kemahasiswaan HATI di kawasan pusat kegiatan mahasiswa Sunken Court kampus ITB terpantau sepi.
Saat Tribun Jabar di lokasi sekretariat HATI, Jumat (8/6/2018), ruangan tampak terkunci rapat.
Johan (22), seorang mahasiswa ITB yang menempati sekretariat organisasi berbeda, yang tak jauh dari lokasi sekretariat HATI, mengatakan, dia sudah lama tak melihat ada aktivitas di sekretariat itu.
"Setiap hari Jumat antara siang-sore, mereka kan berkumpul atau ada aktivitas di sini, diskusi. Itu saya lihat terakhir kali sekitar sebulan yang lalu," ujarnya kepada Tribun Jabar.
Baca: Perjalanan Para Striker Persib Bandung, dari Sutiono Lamso sampai Ezechiel NDouassel