5 Alasan ITB Bekukan Organisasi Kemahasiswaan yang Berafiliasi ke HTI, Membawa Pemahaman Buruk
Pembekuan itu sebagai langkah terakhir setelah sebelumnya ITB memberikan teguran dan peringatan
Penulis: Cipta Permana | Editor: Kisdiantoro
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Cipta Permana
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Organisasi kemahasiswaan di lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) dibekukan karena diduga berafiliasi dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Sebelumnya HTI dibekukan oleh pemerintah Indonesia karena dianggap tidak berideologi Pancasila dan berpotensi memecah belah persatuan.
Organisasi kemahasiswaan tersebut bernama HATI (Harmoni Amal dan Titian Ilmu).
Wakil Rektor Bidang Akademi dan Kemahasiswaan ITB, Prof Bermawi P.Iskandar menjelaskan, pembekuan salah satu organisasi mahasiswa itu dilakukannya dua pekan lalu.
Inilah sejumlah alasan mengapa HATI dibekukan;
1. Pembekuan itu sebagai langkah terakhir setelah sebelumnya ITB memberikan teguran dan peringatan lantaran organisasi ini sempat beberapa kali mengundang tokoh-tokoh HTI dalam diskusinya.
Persib Bandung Akhirnya Melepas Michael Essien, Sang Agen Bocorkan Tujuan Eks Chelsea Itu https://t.co/Kj3LMaEicg via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) June 7, 2018
2. Hasil dari kegiatan diskusi tersebut kerap diposting medsos dan memang ada kaitannya dengan aspirasi dari HTI.
"Organisasi ini sebetulnya sudah dua tahun lalu kami berikan peringatan karena mengundang tokoh-tokoh HTI,"ujar Bemawi ditemui di Gedung Rektorat ITB, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Rabu (6/6).
Bermawi menuturkan, bahwa HTI ini diketahui kerap menggaungkan falsafah negara khilafah yang tidak sesuai dengan ideologi negara ini yakni Pancasila.
Baca: Libur Lebaran, Pengunjung Bisa Menikmati Suasana Magical di Wisata Baru Maribaya Ini
3. Pembekuan HATI ini salah satu upaya agar tidak membawa pemahaman buruk bagi mahasiswa lainnya.
Bahkan, menurutnya organisasi ini sudah eksis di ITB sejak lima tahun lalu. Dari 15 ribu mahasiswa S1 ITB, yang menjadi anggota HATI sekitar 59 orang.
Namun setiap diskusi yang mengundang tokoh dari luar hanya 6-14 mahasiswa.
Mahasiswa ini, katanya, usianya relatif muda dan masih mencari jati diri, tidak lepas dari belajar satu aliran agama tertentu, studi sosial dan lainnya.