Serangan Bom di Surabaya
8 Korban Tewas Bom di Surabaya dan Sidoarjo adalah Anak-anak, Begini Respons Presiden dan KPAI
Dari 25 korban meninggal, setidaknya seperti atau 8 orang termasuk dalam kategori anak-anak
Penulis: Tarsisius Sutomonaio | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Ledakan bom di Rusunawa Wonocolo Sepanjang, Sidoarjo, juga memakan korban 4 anak di bawah umur.
Keempat bocah itu anak dari terduga teroris pasangan Anton Febryanto (47) dan Puspita Sari (47).
Satu di antara empat anak itu meninggal, Rita Aulia Rahman (17).
Baca: AFC Sebut Persija Jakarta Punya Dukungan yang Sulit Ditandingi Tim dari Benua Manapun
Tiga bocah lainnya, Ainur Rahman (15), Faizah Putri (11), dan Garida Huda Akbar (10) dirujuk ke RS Bhayangkara.
Pelaku teror bom di Mapolrestabes Surabaya pada Rabu pagi (14/5/2018) juga melibatkan satu keluarga.
"Pelaku, ya inisial TM dan mereka sekeluarga lagi; bapak, ibu, dan anak-anak mereka," ujar Kapolri Tito Karnavian saat konferensi pers di Media Center Polda Jatim, Senin (14/5/2018).
Satu dari tiga bocah itu berusia 8 tahun dan masih dirawat di RS Bhayangkara. Usia 2 anak lainnya belum diketahui.
Kue keju Khas Jepang, Uncle Tetsu, Sudah Ada di Bandung Loh! https://t.co/DX45EVzvoM via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) May 14, 2018
Biadab dan Mengerikan
Teror bom yang melibatkan dan menelan korban anak-anak ini dikutuk Presiden Joko Widodo.
Jokowi mengecam setelah meninjau langsung lokasi ledakan bom di satu gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018) sore.
"Tindakan terorisme kali ini sungguh biadab, di luar batas kemanusiaan yang menimbulkan korban anggota masyarakat, anggota kepolisian, dan anak-anak tidak berdosa," katanya.
Dilansir dari Tribun Jakarta,kutukan serupa dilontarkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Baca: PSSI Benarkan Ada Asisten Wasit Dipukul di Pertandingan Kandang Borneo FC
"Melibatkan anak dalam aksi terorisme tentu saja tidak dibenarkan," ujar Komisioner KPAI Bidang Anak Berhadapan Dengan Hukum, Putu Elvina, di Bareskrim Polri, Senin (14/5/2018).
KPAI, ucapnya, menilai aksi terorisme yang melibatkan anak ini ada kesalahan pada aspek edukasi.
"Banyak anak-anak yang tercebur dalam radikalisme lebih kepada pemahaman yang salah di lingkungan keluarga yang memang merupakan aktor penyebar paham radikalisme maupun teror," ujarnya.