Melalui Spada, Menristekdikti Target Kenaikan APK Perguruan Tinggi Sebesar 1 Persen
Sistem Pembelajaran Daring(Spada) disebut disebut Menristekdikti, Mohamad Nasir, dapat meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi.
Penulis: Theofilus Richard | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Theofilus Richard
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sistem Pembelajaran Daring(Spada) disebut disebut Menristekdikti, Mohamad Nasir, dapat meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi.
Ia menargetkan peningkatan APK signifikan dalam beberapa tahun mendatang.
"Kami harapkan adalah apk perguruan tinggi kami, tidak hanya meningkat setengah persen, tapi bisa satu persen. Tahun berikutnya peningkatan harus tinggi," ujarnya ketika ditemui di Universitas Padjadjaran, Jalan Dipati Ukur, Bandung, Rabu (2/5/2018).
Ia menyontohkan Korea Selatan yang memiliki apk perguruan tinggi yang tinggi dan telah menerapkan sistem pembelajaran daring.
Baca: Beredar Video Cawabup Purwakarta, Kuningan Hingga Pasangan Asyik Temui Rizieq Shihab
Baca: VIDEO HEADLINE: Edisi Rabu 2 Mei 2018, Buruh Demo di Depan Kantor Kosong
"Sekarang Korea Selatan dengan sistem kuliah daring, apk-nya 92 persen. Apakah kita enggak bisa? Ini harus kami grap terus," ujarnya.
Untuk mengembangkan sistem Spada, Menristekdikti berjanji akan mengevaluasi dan memperbaiki kekurangannya.
Satu di antara hambatan saat ini, kata Mohamad Nasir, adalah bandwith.
"Kendala saat ini adalah bandwith, tapi alhamdulillah Telkom mendukung secara baik," ujarnya.
Minus Ezechiel, Febri, dan Supardi, Ini 18 Pemain yang Diboyong Persib ke Madura https://t.co/XyKg5VhZeD via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) May 2, 2018
Kebutuhan bandwith yang besar akan dibahas Menristekdikti dengan Telkom.
Spada juga mulai diterapkan di Indonesia ditujukan meningkatkan jumlah publikasi jurnal ilmiah.
Selain itu, Menristekdikti juga menyiapkan hibah sebesar Rp3 Miliar untuk pergurua tinggi yang akan mencanangkan Spada.
"Mendukung sistem pembelajaran jarak jauh, total investasi sebesar Rp 1,75 triliun, kami dorong untuk publikasi (jurnal ilmiah)," ujarnya. (*)