Mengungkap Fakta Mengapa Masyarakat Aceh Timur Berani Mati Mengebor Sumur Minyak Secara Tradisional

Berdasarkan penjelasan warga, pengeboran minyak itu dilakukan secara tradisional dan menggunakan alat-alat manual.

Editor: Ravianto
Bastian- Komunitas Aceh Flight Drone.
Air bercampur minyak dan gas memancar dari lubang sumur minyak yang meledak dan terbakar di Dusun Bhakti, Gampong Pasir Putih, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur. Foto direkam, Kamis (26/4/2018). 

Iskandar menyebutkan, dalam sumur yang dibor tersebut mempekerjakan sebanyak 10 orang.

Pekerja yang bertugas menarik minyak dan memasukkannya ke dalam drum diberi upah Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu per drum.

Baca: Viral, Mengaku Sebagai Imam Mahdi dan Hina Nabi Muhammad SAW, Pria Ini Dicokok Polisi

"Bayangkan saja pemuda di sini yang pengangguran dan mereka mendapatkan pekerjaan, efeknya peningkatan perekonomian di Peureulak jauh lebih drastis dibanding periode-periode lainnya," tambahnya.

Apabila ada perbaikan-perbaikan di kemudian hari, diharapkan pemerintah harus sigap dan tanggap untuk campur tangan dan mengorganisir kelompok-kelompok petani tambang rakyat ini.

Hal itu dilakukan agar tidak memunculkan efek seperti yang terjadi kemarin, Rabu (25/4/2018) di Kecamatan Ranto Peureulak yang hingga kini korban yang meninggal terus bertambah.

Akibat sumur minyak yang selama ini dikuasai warga secara tradisional meledak yang kemudian menyemburkan minyak bersama api setinggi pohon kelapa.

"Masyarakat yang meninggal bukan saja dari Ranto Peureulak, tapi juga ada dari kecamatan lain. Artinya tidak hanya masyarakat Ranto Peureulak yang menggantungkan harapannya di sektor ekonomi riil pertambangan rakyat ini. Namun masyarakat dari kecamatan lain yang juga menggantungkan harapannya di sektor tersebut," kata Iskandar Usman Al Farlaky.(*)


Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved