Aiptu Doyot, Anggota Polsek Ujungjaya Sumedang Ini, Bangun Madrasah dari Gaji Sendiri

Saat remunerasi polisi turun, Tintin mengaku sangat senang karena artinya uang untuk menambah tabungan bahan material

Penulis: Seli Andina Miranti | Editor: Ichsan
Tribunjabar/Seli Andina Miranti
Aiptu Doyot 

“Jadi tidak perlu pindah sini pindah sana,” ujar Aiptu Doyot.

Bukan hanya Aiptu Doyot yang berseri-seri, sang istri, Tintin Rosaike, pun ikut tersenyum mengingat perjuangan mereka berdua saat membangun madrasah tersebut. Tintin Rosaike bahkan memiliki sebutan sendiri untuk kenangannya saat membangun madrasah. Tabungan berat.

“Dulu kami menabung, saya menyebutnya tabungan berat, karena yang ditabung bukan uang, melainkan bahan material. Pasir, batu, semen, dan sebagainya,” ujar Tintin Rosaike.


Selain itu, untuk kayu pondasi bangunan, Tintin Rosaike mengaku mengambil kayu dari kebun kayu milik pribadi sehingga tidak mengeluarkan tambahan biaya. Padahal, kayu tersebut bisa saja dijual untuk mendapatkan tambahan penghasilan, namun Tintin dan Doyot mengaku lebih senang bila kayu digunakan untuk pembangunan madrasah.

Saat remunerasi polisi turun, Tintin mengaku sangat senang karena artinya uang untuk menambah tabungan bahan material untuk membangun ruang kelas bisa bertambah.

Anak-anak bermain di tempat bermain anak di samping madrasah
Anak-anak bermain di tempat bermain anak di samping madrasah (Tribunjabar/Seli Andina Miranti)

Untuk membangun bangunan madrasah, Aiptu Doyot mengaku hanya mengandalkan gajinya sebagai anggota kepolisian, ditambah remunerasi. Itu pun dibagi dua dengan keperluan dapur pribadi dan biaya sekolah anak.

“Saya juga kan tidak memiliki pekerjaan sampingan, hanya anggota polisi saja, jadi tidak ada uang ti sisi ti gigir (dari pinggir). Alhamdulillah untuk makan cukup, untuk madrasah juga masih dicukupkan oleh Allah SWT,” ujar Aiptu Doyot.


Madrasah dan Paud Satu-satunya di Cibunut

Kawasan Lingkungan Cibunut RT 05/RW 10, Kelurahan Cipamengpeuk, lokasi rumah dan madrasah milik Aiptu Doyot, merupakan kawasan sepi. Lebih banyak kebun dan sawah milik penduduk dibandingkan rumah penduduk itu sendiri. Dari Alun-alun Kabupaten Sumedang, kawasan tersebut sebetulnya tidak terlalu jauh, hanya berkisar 15 menit dari Alun-alun Kabupaten Sumedang menggunakan kendaraan.

Namun kondisi jalan yang buruk, tak rata, dan berlubang di sana-sini, ditambah kontur jalan yang naik turun akibat kawasan berbukit-bukit, membuat Lingkungan Cibunut seakan jauh dari ingar bingar pembangunan di Kabupaten Sumedang.

Di daerah tersebut, Madrasah Al-Mubarokah merupakan satu-satunya madrasah dan Paud yang ada dan beroperasi.

Tintin Rosaike menceritakan, sebelum dirinya dan Aiptu Doyot membuka madrasah, anak-anak harus berjalan jauh untuk belajar mengaji. 

"Saya dan bapak juga membuat madrasah itu awalnya karena kasihan melihat anak-anak di daerah sini," ujar Tintin Rosaike.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved