Pendiri Matahari Tewas di Ciliwung
Biografi Hari Darmawan, Pendiri Matahari Department Store yang Ditemukan Tewas di Sungai Ciliwung
Pria yang juga pemilik Taman Wisata Matahari (TWM) itu ditemukan setelah dilakukan pencarian oleh sejumlah karyawan TWM.
Ia kemudian menjual sejumlah sahamnya di lantai bursa dan berhasil mendapatkan dana sekitar 400 miliar kala itu namun dirasa tidak cukup oleh Hari Darmawan dalam membangun 1000 gerai baru Matahari Department Store.
Saingan berat Matahari Department Store kala itu datang dari Wal-Mart sebuah perusahaan ritel yang berasal dari Amerika, yang di Indonesia berada dibawah kendali Lippo Group yang kala itu dikendalikan oleh James Riady seorang bankir muda anak dari Mochtar Riady.
Meskipun begitu Hari Darmawan mau menerima tawaran pinjaman modal dari James Riady. Apakah ini strategi dari James Riady untuk mencaplok Matahari Department Store milik Hari Darmawan?
Wal-Mart yang ketika itu dikendalikan oleh James Riady bersaing ketat head-to-head dengan Matahari Department Store milik Hari Darmawan di sejumlah mal. Demi membendung serangan para pesaingnya, Hari Darmawan membuka Mega Matahari (Mega M).
Perusahaan Matahari Department Store milik Hari Darmawan tumbuh pesat meninggalkan para pesaingnya dengan berhasil meraup omset senilai 2 triliun rupiah kala itu dan dikenal sebagai perusahaan ritel terbesar di Indonesia.
Menjual Matahari Department Store Ke Lippo Group
Tahun 1996 saat Matahari Department Store berada di puncak popularitas, Publik dibuat terkejut dengan berita Hari Darmawan setuju menjual sebagian besar saham Matahari Department Store ke James Riady melalui Lippo Group.
Banyak pihak menduga, Hari Darmawan sengaja menjual Matahari Department Store karena terlilit utang kepada Lippo Group yang hampir mencapai 1 triliun rupiah.
Ada juga pihak yang menduga penjualan Matahari Department Store merupakan strategi dari James Riady karena perkembangan Matahari membuat Wal-Mart terus menerus merugi.
Namun demikian Hari Darmawan masih menjadi presiden direktur Matahari Department Store hingga tahun 2001.
Meskipun begitu menurut Hari Darmawan, ia tidak menyesal dalam menjual Matahari Department Store miliknya ke Lippo Group.
Kerusuhan tahun 1965 merupakan 'pertanda' dari Tuhan baginya untuk menjual perusahaannya ketika diwawancarai oleh majalah Tempo pada tahun 2004.
Hal ini terbukti ketika kerusuhan tahun 1998 kemudian pecah. Di masa itu banyak mal serta pusat perbelanjaan dibakar dan Indonesia mengalami krisis ekonomi yang cukup parah.
Akibatnya bisnis ritel pun mengalami anjlok yang luar biasa. Banyak perusahaan ritel yang tutup serta banyak pengusaha ataupun konglomerat bangkrut kala itu.
Sejak saat itu Hari Darmawan kemudian membentuk perusahan baru yang kemudian bergerak di banyak sektor yaitu fashion, pendidikan, swalayan dan gaya hidup namun banyak perusahaanya yang gagal berkembang.
Setelah melepaskan jaringan ritel Matahari, Kini Hari Darmawan tinggal di kawasan Cisarua, Bogor. Pria yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) itu lebih memilih menjadi sosial enterprenuer.
Ia lebih berfokus ke bidang sosial dan membangun tempat wisata dengan nama Taman Wisata Matahari yang mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat sekitar.(biografiku)
Jenazah Pendiri Matahari Department Store Ditemukan Tersangkut di Bebatuan Sungai Ciliwung https://t.co/km5foU5gNR via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) March 10, 2018