Eksklusif Tribun Jabar
Air Waduk Saguling Berubah Warna pada Agustus, Petani Ikan Tak Lagi Menebar Ikan Mas dan Nila
Ke sini saja bulan Agustus atau September kalau mau lihat limbah. Air, kan, lagi surut. Bakal kelihatan limbahnya.
Penulis: Firman Wijaksana | Editor: Kisdiantoro
Dampak limbah, tutur Edwin, tak hanya dirasakan petani di Saguling. Warga sekitar Saguling pun, kata dia, sering merasakan bau dari limbah. "Saya sama keluarga tiap hari mengonsumsi ikan dari Saguling. Tidak ada dampak yang dirasakan," katanya.
Baca: Detik-Detik Menegangkan Bripka Fer Gerebek Istrinya yang Diduga Selingkuh dengan Atasannya
Ikan dari Saguling, kata dia, menghidupi warga di Kecamatan Cihampelas dan Batujajar. Sebanyak 90 persen pemilik keramba di Saguling adalah warga sekitar. "Di sini ada ratusan keramba. Cuma jumlahnya kurang tahu. Soalnya tidak ada perkumpulan petaninya," ucapnya.
Beberapa penelitian dari sejumlah universitas dan instansi terhadap ikan Saguling pernah dilakukan. Tapi para petani sering kecewa karena tak ada hasil yang didapat. "Sejak tahun 2000- an sering ada yang penelitian, tapi tidak jelas hasilnya. Tapi kami bersyukur pembeli masih percaya ikan dari Saguling," katanya.
Menurut Edwin, harga jual ikan patin Rp 29 ribu per kilogram, sedangkan ikan nila Rp 15 ribu per kilo. Setiap dua hari sekali, ia mengirim dua sampai tiga ton ikan. "Memang kebanyakan dijual ke luar Jawa Barat. Kalau di wilayah Jawa Barat sedikit. Ke Caringin saja cuma satu ton," ujarnya.