Mak Karsinah Sudah Olah Teh Sejak Zaman Penjajahan Belanda, Caranya Tetap Tradisional

"Saya sampai lupa sudah berapa tahun membuat teh, pokoknya dari saya muda saja,

Tribunjabar/Seli Andina Miranti
Mak Karsinah 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Seli Andina

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG- Mak Karsinah (116), telah mengolah teh sejak dirinya muda, saat masih ada perkebunan teh di wilayah Kecamatan Pamulihan.

Saat muda, Mak Karsinah mengolah teh untuk orang Belanda, saat itu Indonesia memang belum merdeka.

Ketika ditemui Tribun Jabar di Dusun Margabakti, Desa Sukawangi, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Rabu (28/2/2018), Mak Karsinah menceritakan pengalamannya membuat teh.

"Saya sampai lupa sudah berapa tahun membuat teh, pokoknya dari saya muda saja, waktu masih zaman Belanda," ujar Mak Karsinah dengan bahasa Sunda halus.


Usaha pengolahan teh sendiri, Mak Karsinah bercerita, sudah dilakukan keluarganya selama turun temurun.

Mulai dari neneknya, ibunya, hingga Mak Karsinah, semuanya pembuat teh, kini anak dan cucunya pun menjadi pembuat teh.

Mak Karsinah mengungkapkan, saat membuat teh, dirinya harus membuat dengan cara tradisional dan tidak menggunakan alat modern.

Baca: LIVE STREAMING: Tonton Pertandingan Persija Jakarta Vs Tampines Rovers di Sini

"Masih di hawu (tungku) pakai kayu bakar, emak mah tidak bisa kalau pake minyak tanah apalagi gas," ujar Mak Karsinah.

Teh dengan cara pembuatan seperti cara Mak Karsinah memang ciri khas teh buatan Desa Sukawangi, tidak ada di tempat lain.

Sebutannya pun berbeda, yaitu Teh Kasreng, karena pucuk teh melewati beberapa kali penyangraian sebelum dipak.

Meski sudah lanjut usia, Mak Karsinah masih sanggup menyangrai banyak pucuk teh di katel besar yang membutuhkan banyak tenaga.

Sayangnya, di zaman modern ini, perkebunan teh milik Belanda telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian warga maupun pemukiman.

Baca: Roro Fitria Ungkap Deretan Artis Pengguna Narkoba, Benarkah Roro Terbukti sebagai Pengedar?

Jumlah pohon teh pun tak banyak lagi, tak ada lagi kebun teh yang terhampar seperti perkebunan teh pada umumnya.

Mak Karsinah pun tidak dapat terus menerus membuat teh, melainkan sesuai adanya daun teh yang sudah dipanen.

"Biasanya 15 hari dalam sebulan, habis itu harus menunggu dulu pucuk tehnya tumbuh," ujar Mak Karsinah.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved