Santri Berusia 18 Tahun Sukses Ciptakan Alat Pendeteksi Gempa, Cukup 2 Jam Pembuatannya

Alat pendeteksi gempa yang Fahmi buat sangat sederhana. Hanya perlu waktu selama 1-2 jam, alat ini sudah dapat digunakan.

Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Isal Mawardi
Tribun Jabar/ Fidya Alifa
Fahmi Abdul Azis tengah memegang alat pendeteksi gempa sederhan 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Fidya Alifa

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Di usianya yang masih belia, Fahmi Abdul Azis (18), sudah bisa membuat alat sederhana pendeteksi gempa.

Fahmi awalnya membuat alat ini ketika ia mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat bernama Program Khidmah Jam'iyyah Santri (PKJS) di Pameungpeuk, Kabupaten Bandung.

Pameungpeuk merupakan daerah yang dekat dengan pantai, bila terjadi gempa dapat berpotensi tsunami.

"Di Pameungpeuk kan dekat laut sok aya gempa (suka teejadi gempa) jadi saya mau bawa alat yang bermanfaat untuk daerah yang saya datangi," ujar Fahmi Abdul Azis di Madrasah Muallimin Manba'ul Huda, Rabu (21/2/2018).

Alat pendeteksi gempa yang Fahmi buat sangat sederhana.

Bagi orang awam yang tidak mengerti teknik elektro juga dapat dengan mudah membuatnya.

Hanya perlu waktu selama 1-2 jam, alat ini sudah dapat digunakan.

Baca: Jokowi Sebut Program Citarum Harum Bisa Selesai dalam 7 Tahun

Ketika di Pameungpeuk, Fahmi mengajari cara membuat alat ini kepada masyarakat di sana dan memberikan tiga buah alat pendeteksi gempa.

"Memang sengaja sederhana agar semuanya bisa bikin dan lebih waspada terhadap gempa," ujarnya.

Alat pendeteksi gempa ini berukuran kecil, kira-kira berdiameter 10 cm dan bagian luarnya terbuat dari wadah plastik berpenutup.

Komponen alat ini terdiri dari buzzer, speaker, kapasitor, resistor, switch, lampu LED, dan komponen lainnya.

Fahmi belajar membuat alat pendeteksi gempa bukan dari pendidikan nonformal seperti kursus tetapi belajar sendiri dari Youtube.

Awal pembuatan Fahmi mengalami kesulitan, alat pendeteksi tidak berfungsi.

Setelah dievaluasi ternyata ada komponen yang seharusnya tidak perlu dipasang.

"Ada satu komponen yang sebenarnya enggak dipasang. Setelah dilepas bisa berfungsi," kata santri yang memang menyukai teknik elektro.

Alat ini dapat disimpan di atas lemari yang permukaannya rata. Ketika ada getaran maupun guncangan alat ini akan berbunyi dan lampunya akan berkedip-kedip.

Pendulum yang diapit ring pada alat ini akan bergoyang jika terjadi guncangan. Sensor pada ring akan mengalirkan ke buzzer sehingga alat berbunyi.

"Kesensitifan alat tergantung ring yang dibuat. Semakin kecil ring maka semakin sensitif," ujar santri yang kini kelas 12 Madrasah Muallimin Manba'ul Huda.

Fahmi bercita-cita berkuliah di bidang teknik elektro. Ia sudah menyukai teknik elektro sejak empat tahun yang lalu.

Ketika itu, ia mengikuti pelajaran praktikum mengenai lampu LED. Sejak itulah ia menyukai bidang teknik elektro.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved