Doyan, Bisnis Camilan Mahasiswa Bandung ini Hasilkan Puluhan Juta Per Bulan

Awalnya, Rian dan kawan-kawan hanya bermodalkan uang sebesar Rp 5 juta. Kini penghasilan mereka bisa berlipat ganda.

Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Widia Lestari
Tribun Jabar/Fidya Alifa
BISNIS MAHASISWA - Rian (kiri) dan Fariz (kanan), mahasiswa Telkom University yang berbisnis camilan mi kering, Selasa (2/1/2018). TRIBUN JABAR/FIDYA ALIFA 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Fidya Alifa

TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Muhammad Adriansa (19) bersama keempat teman kuliahnya, Fariz Alfarizi (20), Andika Putra (19), Bagus Dermawan (20), dan Rizky Haryanto (19), merintis bisnis di bidang kuliner pada Februari 2017.

Mahasiswa Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika,Telkom University ini, membuat camilan lokal berupa mi kering yang diberi varian rasa dan dikemas lebih kekinian.

Produk camilan ini diberi nama Doyan. Mereka berharap masyarakat menjadi doyan atau suka camilan ini.

Ada empat rasa, yaitu keju, original spicy, green chilli, dan barbeque.

Saat ditemui Tribun Jabar di Alun-alun Bandung, Selasa (2/1/2018), Muhammad Adriansa menceritakan, terbentuknya tim Doyan lantaran ketertarikan mereka untuk berbisnis.

"Awalnya mengobrol mau bisnis apa. Akhirnya memutuskan berbisnis makanan," kata pria yang akrab disapa Rian ini.

Makanan yang dipilih adalah camilan 'jadul', yaitu mi yang terbuat dari terigu dan digoreng.

Baca: VIDEO - Penemuan Granat di Kebun Kawasan Pancanaka Hill

"Kakak saya punya kenalan produsen mi. Kami bekerja sama dengan produsen itu," kata Fariz, mahasiswa semester empat asal Bandung.

Produksi dan pengemasan Doyan dilakukan di Jalan AH Nasution, Kota Bandung.

Kelima mahasiswa Telkom University ini, awalnya tinggal di asrama kampus.

Baca: Sekda Pemprov Jawa Barat Klaim OPD Sudah Realistis Dalam Kelola Anggaran Program

Mereka seharusnya tinggal selama satu tahun di asrama tersebut.

Namun, demi mempermudah mobilitas saat berbisnis, mereka memilih meninggalkan asrama.

Akhirnya, kelima mahasiswa ini mengontrak di dalam satu rumah yang sama.

Pada masa awal berjualan, mereka mengalami kendala karena pembeli mengeluhkan harga Doyan yang terlalu mahal.

"Doyan awalnya dijual ke mahasiswa Telkom University seharga Rp 15 ribu, tetapi banyak yang keberatan," ujar Rian, mahasiswa asal Jakarta yang berdarah Padang.

Kemudian Doyan dipasarkan di luar lingkungan mahasiswa Telkom University.

Baca: 4 Perlintasan Kereta Api di Bandung dengan Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas Terbanyak

Doyan dijual di lingkungan mahasiswa Universitas Padjadjaran dan Intitut Teknologi Bandung, serta ke beberapa toko oleh-oleh dan kafe.

Hasilnya menggiurkan, Doyan laris manis terjual, bahkan ada toko oleh-oleh yang meminta Rian dan kawan-kawan kembali mengisi stok produknya.

Awalnya, Rian dan kawan-kawan hanya bermodalkan uang sebesar Rp 5 juta. Kini penghasilan mereka bisa berlipat ganda.

"Kalau omzet sekarang sih lumayan untuk uang jajan. Sebulannya bisa belasan juta, kalau lagi ramai bisa sampai Rp 20 juta," kata Rian.

Keluarga Rian dan Fariz awalnya tidak begitu setuju mereka terjun ke dunia bisnis.

"Orang tua memang asli Padang yang kental terhadap budaya berdagang, tapi tetap saja berpikirnya berdagang itu pilihan terakhir," kata Rian.

Begitu juga dengan Fariz, orang tuanya menginginkan Fariz bekerja kantoran di sebuah perusahaan.

"Karena kakak mempunyai bisnis jadi mendukung saya. Orang tua lebih menginginkan saya bekerja di kantor," kata Fariz.

Setelah melihat keseriusan Fariz dan Rian untuk berbisnis, akhirnya orangtua mereka luluh dan mendukung bisnis anaknya.

Hal ini membuat Fariz dan Rian tertuntut untuk pandai dalam mengatur jadwal kuliah dan bisnisnya.

"Walaupun berbisnis, tapi tetap bertanggung jawab kepada orangtua mengenai pendidikan," kata Rian.

Di balik suksesnya bisnis kulinernya di Kota Bandung, rupanya tim Doyan menghadapi kendala untuk pengiriman ke luar Pulau Jawa.

Banyak pembeli dari luar kota yang tidak jadi membeli karena ongkos kirim yang mahal.

Ongkos kirim satu kemasan Doyan jauh lebih murah apabila dikirimnya sekaligus banyak. Namun ongkos kirim akan mahal apabila yang dikirim hanya satu kemasan pada setiap kali pengiriman.

Masalah ini membuat Doyan berencana membenahi alur distribusi produknya ke luar pulau.

Mereka akan menempatkan distributor di setiap pulau yang sudah ada target pasar Doyan.

"Kalau sudah ada distributor, stok Doyan di tiap pulau akan tersedia. Ongkos kirim pun tidak terlalu mahal," ujar Fariz.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved