Ngarot di Indramayu, Bukan Soal Biaya Tapi Jaga Tradisi Leluhur

Ia tampak telaten memasangkan Bunga Kenanga di kepala keponakannya.

Selain itu, bunga kertas warna-warni juga turut disematkan, sehingga kepala sang gadis terlihat seperti mengenakan mahkota.

"Waktu saya kecil memakai bunga asli, kalau sekarang cuma bunga kertas," kata Sinih.

Baca: Kena Tilang Polisi, Pengendara Motor Ini Pura-pura Jadi Orang Bisu. Aksinya Bikin Ngakak!

Ia mengatakan, selain Bunga Kenanga, para gadis Ngarot zaman dulu memakai Pudak, bunga Pandan besar yang harumnya semerbak.

Namun, saat ini Pudak sudah jarang ditemukan, sehingga gadis Ngarot hanya mengenakan bunga Kenanga.

"Ikut Ngarot sebagai bentuk menjaga tradisi dan melestarikan budaya," kata Kanidah, warga lainnya.

Kedua orang tuanya yang bekerja sebagai petani pun mendukungnya, meski tahun ini Kanidah tidak bisa mengikuti Ngarot.

Namun, Kanidah tetap membantu saudaranya yang masih mengikuti Ngarot.

Tradisi Ngarot dilaksanakan sebelum musim tanam dimulai.

Penanaman pertama di Carik, nama petak sawah peninggalan leluhur yang diolah secara turun-temurun oleh Kepala Desa Lelea, harus dilakukan oleh gadis perawan dan lelaki perjaka di desa tersebut.