Kisah Inspiratif
Kisah Sutrisno Si Penjual Kerupuk, Usianya Baru 13 Tahun, Sudah Jadi Tulang Punggung Keluarga
Sambil terbata-bata menahan sakit, Sutrisno menceritakan pengalaman hidupnya.
Penulis: Firman Wijaksana | Editor: Fauzie Pradita Abbas
"Kalau enggak jualan nantinya enggak bisa makan. Ini juga maksain jualannya. Yang penting dapat uang," ucapnya.
Getirnya hidup Sutrisno semakin menjadi, saat ia akan mengikuti Ujian Nasional (UN) di SDN Karangtengah 2, Kadungora, Sutrisno mengatakan jika ia dan dua temannya tidak boleh mengikuti UN.
Pihak sekolah beralasan karena terlalu banyak siswa.
"Saya dengan tiga teman tidak boleh ikut UN. Pihak sekolah beralasan terlalu banyak siswa," ujarnya yang mengaku masih ingin sekolah asalkan kebutuhan hidupnya tercukupi.
Saat ini dirinya tidak mau sekolah karena harus berjuang memenuhi kebutuhan ibu dan adiknya.
"Kalau ada yang ngasih biaya saya mau sekolah. Tapi itu juga kalau biaya hidup keluarga saya sudah dipenuhi," ucapnya.
Ibu kandung Sutrisno, Heni mengaku penghasilan anaknya berjualan kerupuk sangat menopang kehidupan keluarganya.
Apalagi penghasilannya yang hanya Rp 10.000 dari mencari rongsok tak bisa mencukupi kebutuhan keluarga.
"Saya nyari rongsok paku. Paling banyak Rp 10.000, paling jelek ya Rp 5.000. Jadi penghasilan anak saya dari jualan kerupuk sangat diandalkan," ujar Heni
Heni menuturkan, sejak usia Sutrisno dua tahun, ayahnya sudah meninggal dunia. Saat itu kehidupan keluarganya terlunta-lunta.
Heni mengaku sebelumnya pernah mengontrak namun ia tak mampu membayarnya. Kini ia hanya menempati gubug yang menyerupai kandang ayam milik tetangganya.
Heni berharap suatu saat nanti kehidupannya dapat berubah. Heni pun dengan senang hati akan menyekolahkan kedua anaknya jika pemerintah mau membantu biaya hidup keluarganya.
"Semoga saja ada bantuan untuk biaya hidup keluarga. Kalau hanya bantuan gratis sekolah saja, bagaimana keluarga kami bisa hidup," katanya.