11 Kali Ditolak di Indonesia, Hasil Penelitian Siswa SMA ini Justru 'Dilirik' Google

Belasan kali gagal tak membuat Farrel menyerah. Sebab, prinsip hidupnya, menyerah bukanlah solusi dan menyerah adalah kesalahan dalam hidup.

Editor: Indan Kurnia Efendi
KOMPAS.com / Wijaya Kusuma
Christopher Farrel Millenio Kusuma 

Hasil penelitiannya itu lalu diajukan ke ajang kompetisi di Indonesia baik regional maupun nasional.

Sebab, menurutnya, belum ada orang Indonesia yang meneliti secara khusus mengenai data compression,padahal dampak positifnya begitu besar.

Namun, upayanya itu tidak membuahkan hasil.

Diajukan sejak tahun 2016, proposal penelitian milik Farrel selalu ditolak.

"Ya, kalau dihitung sampai 11 kali tidak diterima," katanya.

Penolakan itu tidak membuat Farrel berkecil hati. Justru hal itu malah membuat semangat remaja berkacamata itu kian membara.

Dia terus berusaha menyempurnakan penelitiannya baik dari sisi teori hingga penulisannya.

Sebab, remaja kelahiran Yogyakarta ini yakin suatu saat penelitiannya akan diterima.

"(Saya) tidak menyalahkan panitia, tetapi diri saya sendiri dan mengevaluasi. Mungkin cara saya menyampaikannya kurang tepat sehingga mereka sulit memahami, jadi terus disempurnakan sampai-sampai membuat delapan versi," ujarnya.

Pantang menyerah

Belasan kali gagal tak membuat Farrel menyerah.

Sebab, prinsip hidupnya, menyerah bukanlah solusi dan menyerah adalah kesalahan dalam hidup.

Karenanya, dalam kamus hidup Farrel tidak ada kata menyerah.

"Thomas Alva Edison 1.000 kali gagal, mosok saya baru 11 kali terus menyerah. Untuk jadi Alva Edison saya butuh 989 kali mencoba, saya hitung terus dan masih lama, masih lama," urainya.

Sampai suatu hari, Farrel melihat sebuah pengumuman dari Google di media online tentang lomba penelitian. 

Halaman
1234
Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved