Korupsi Dirjen Hubla
Tonny Budiono Terima Suap Pakai Cara Basi yang Mudah Ditebak
Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Kiagus Ahmad Badaruddin menuturkan. . .
Penulis: Fauzie Pradita Abbas | Editor: Fauzie Pradita Abbas
TRIBUNJABAR.CO.ID, JAKARTA - Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Kiagus Ahmad Badaruddin menuturkan, suap untuk Direktur Jenderal Perhubungan Laut (Dirjen Hubla) Kementerian Perhubungan, Antonius Tonny Budiono (ATB) merupakan modus lama yang kerap dilakukan dalam kasus korupsi.
"Kan itu menggunakan ATM, sudah lama sebetulnya. Orang ngasih gratifikasi, kasihkan ATM tetap atas nama kamu juga bisa kasihkan ke saya. Nah, terus kamu setor ke bank, saya yang tarik. Kan itu bisa," ujar Kiagus saat ditemui di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (29/8/2017).
Meskipun demikian, lanjut Kiagus, PPATK bisa mendeteksi aliran transaksi dengan melihat laporan dari transaksi keuangan dari ATM tersebut.
"Deteksinya macam-macam, dilihat dengan laporan. Misalnya punya ini (ATM), tahu-tahu (pemilik ATM) ada di mana, transaksinya ada di mana. Itu kan menimbulkan kecurigaan," kata Kiagus.
Pelatih Ini Akan Segera Kembali Tangani Persib Bandung https://t.co/5fiTAvNVvj via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) August 29, 2017
Sebelumnya Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Basaria Pandjaitan mengungkap modus suap untuk ATB.
Menurut Basaria, modus tersebut merupakan cara baru. Pihak yang menyuap ATB, yakni Komisaris PT Adhi Guna Keruktama (AGK), Adiputra Kurniawan (AK), memberikannya dalam bentuk kartu ATM.
Basaria menyebutkan, AK membuka rekening atas nama seseorang yang diduga fiktif. Rekening tersebut kemudian diisi, dan kartu ATM-nya diserahkan kepada ATB.
"KPK mengungkap modus yang relatif baru. Penyerahan uang dilakukan dalam bentuk (kartu) ATM," kata Basaria, dalam jumpa pers di kantor KPK, Kuningan, Jakarta, Kamis (24/8/2017).
7 Kuliner di Bandung yang Bikin Lidah 'Bergoyang', Gak Nyicip Rugi Banget https://t.co/1R9BGceKz1 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) August 28, 2017
Melalui kartu ATM tersebut, ATB dapat menggunakan uang yang ada, baik untuk berbagai keperluan maupun mencairkannya. Saat ini, saldo yang tersisa di rekening tersebut Rp 1,174 miliar.
"Diduga pemberian uang oleh APK ke ATB terkait pekerjaan pengerukan Pelabuhan Tanjung Mas Semarang," ujar Basaria.
Terlalu Banyak Terima Suap, Dirjen Hubla Bingung Runut Asal Uangnya ke KPK
Tidak tanggung-tanggung, setidaknya KPK mengamankan barang bukti Rp 20 miliar dalam operasi tangkap tangan (OTT) terhadap Dirjen Perhubungan Laut (Ditjen Hubla), Antonius Tonny Budiono, dan Adiputra Kurniawan (APK) Komisaris PT Adhi Guna Keruk Tama (PT AGK).
Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan mengatakan saat ini penyidik masih bekerja untuk menelisik uang suap yang diterima oleh Antonius Tonny Budiono berasal dari mana saja dan proyek apa.
Yang jelas seluruh proyek itu ada di lingkungan Dirjen Perhubungan Darat.
Ini karena penyidik meyakini uang Rp 20 miliar yang disita itu tidak mungkin hanya dari satu proyek yakni terkait proyek pengerukan pelabuhan Tanjung Mas Semarang.
Sedih! Wanita ini Selalu Bersembunyi di Balik Make Up, saat Dihapus, Ternyata Begini Wajah Aslinya https://t.co/DKnWMjcb81 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) August 28, 2017
Dari hasil OTT, penyidik menyita sejumlah uang dan kartu ATM di kediaman ATB di Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Disana ada empat kartu ATM dari tiga bank penerbit berbeda dalam penguasaan Aantonius Tonny Budiono.
Selain itu ada juga 33 tas berisi uang dalam pecahan mata uang Rupiah, US Dolar, Poundsterling, Euro, Ringgit Malaysia, senilai total Rp 18,9 miliar cash dan dalam rekening Bank Mandiri terdapat sisa salso Rp 1,174 miliar.
Sehingga total uang yang ditemukan di rumah ATB totalnya Rp 20 miliar.
Usai diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Dirjen Hubla Kemenhub Antpnius Tonny Budiono baru bisa meninggalkan kantor KPK pada Jumat (25/8/2017) pukul 02.40 WIB dinihari.
Pejabat Kemenhub penerima penghargaan Setyalencana Karya Satya dari Presiden Joko Widodo tersebut masih bisa tegap berjalan dan menebar tersenyum saat digiring ke mobil tahanan.
"Atas nama pribadi saya mohon maaf kepada masyarakat, mudah-mudahan ini tidak terulang lagi," ucap Tonny sambil tersenyum penuh misteri.
Berbeda dengan Tonny yang seperti biasa saja saat menjadi tahanan KPK.
Sang penyuapnya Komisaris PT Adhi Guna Keruktama (PT AGK), Adiputra Kurniawan alias APK berjalan gontai. Wajahnya pucat pasi setelah puluhan jam diinterogsioleh KPK, ia juga tak mau memberikan pernyataan kepada wartawan.
Keduanya sempat menjalani pemeriksaan di kantor KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, sebelum dilakukan penahanan.
Adiputra Kurniawan yang telah mengenakan rompi oranye lebih dulu digiring petugas dari kantor KPK menuju mobil tahanan.
Dalam kasus ini, Tonny disangka sebagai penerima suap, sementara Adiputra selaku pemberi suap.
Tonny disangkakan menerima Rp20,074 miliar dari sejumlah pihak terkait perizinan dan pengadaan sejumlah proyek di lingkungan Ditjen Hubla Kemenhub sepanjang 2016-2017.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/antonius-tonny-budiono_20170825_220844.jpg)