Tol Cisumdawu
Soal Pembangunan Tol Cisumdawu, Warga Kampung Cilengsar: Inginnya Sih Cepat Dibayar
Tanah dan fondasi rumah mereka sering bergetar karena berada tepat di kawasan pengerjaan Cisumdawu Tunnel Project (terowongan).
Penulis: Ragil Wisnu Saputra | Editor: Fauzie Pradita Abbas
TRIBUNJABAR.CO.ID, PAMULIHAN - Pembangunan tol Cisumdawu masih meninggalkan persoalan bagi warga sekitar.
Pepen (47), pemilik warung di sekitar pengerjaan Cisumdawu Tunnel Project, mengatakan warga di Kampung Cilengsar resah dan terganggu pengerjaan terowongan.
"Ya, inginnya sih cepat dibayar. Soalnya, kami terganggu pengerjaan terowongan. Suaranya bising. Pengerjaan dilakukan 24 jam," kata Pepen kepada Tribun saat ditemui di warungnya, Jumat (4/8/2017).
Pepen adalah bagian dari sejumlah warga di Kampung Cilengsar RT 01/13, Desa Cigendel, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, yang terdampak pembangunan fisik Jalan Tol Cileunyi‑Sumedang‑Dawuan (Cisumdawu), menunggu kejelasan ganti rugi pembebasan lahan oleh pemerintah.
Mereka belum pindah meski terganggu oleh mesin-mesin pembuat terowongan.
Tanah dan fondasi rumah mereka sering bergetar karena berada tepat di kawasan pengerjaan Cisumdawu Tunnel Project (terowongan).
Akhirnya Terkuak! Pengakuan Pengurus Musala Soal MA yang Dibakar Massa karena Diduga Curi Amplifier https://t.co/QoInuBi3aq #TribunJabar pic.twitter.com/gygOudK6Ps
— Tribun Jabar (@tribunjabar) August 7, 2017
Pepen meragukan sikap pemerintah untuk melakukan pembayaran lahan milik warga. Warga, katanya, berkali‑kali dijanjikan pembayaran, tapi tak pernah terealisasi.
"Bulan depan bulan depan terus. Dengar‑dengar dari warga, pembayaran dilakukan bulan ini. Ada juga yang bilang serempak pada September. Enggak tahu yang benar yang mana. Bingung," katanya.
Sumiyati (30), warga lainnya, mengatakan karena belum ada penggantian, warga sering mengurungkan niat mencari lahan di tempat lain untuk membangun rumah pengganti setelah lahan mereka dibebaskan.
Sumiyati mengaku kesal dengan janji‑janji pembayaran lahan yang terus digaungkan pemerintah. Terlebih, sehari‑harinya ia bersama keluarga terus-menerus terganggu suara bising pengerjaan Cisumdawu Tunnel Project. Saat mesin beroperasi, dia merasakan tanah dan fondasi rumahnya bergetar karena kebanyakan rumah di Kampung Cilengsar RT 01 tepat di atas sebelah kiri pembangunan terowongan.
"Ya, aneh saja, lahan belum dibayar dan dibebaskan tapi sudah dilakukan pengerjaan. Apalagi, kan, tiap hari bising mesin terus‑terusan. Terganggu pastinya. Sampai rumah bergetar," kata Sumiyati.
Deni Rukmana (36), juga warga setempat, mengaku harap‑harap cemas dengan pembayaran lahan yang akan dibebaskan oleh pemerintah. Menurut informasi yang ia dengar, janji pembayaran akan dilakukan pada Agustus. Namun, pihaknya takut janji tersebut tidak akan ditepati.
"Ah, sudah berkali‑kali. Dulu Desember 2016, terus Januari 2017, terus bulan Mei. Enggak ada yang bener. Infonya, kan, bulan ini. Tapi saya ragu," kata Deni kepada Tribun saat ditemui di kediamannya, Minggu (6/8).
Keraguan Deni bukan tanpa alasan. Menurut dia, jika pembayaran akan dilakukan pada Agustus ini, seharusnya pemerintah melakukan sosialisasi dan musyarawah dengan warga untuk membahas harga tanah. Namun, hingga kemarin harga tanah milik warga pun belum ditentukan.