Kalah di Cimahi, Dua Siswa Ini Berjaya di Kontes Robot Internasional di Jepang

Kedua siswa kelas XII Mekatronika di SMKN 2 Cimahi ini berhasil menciptakan sebuah robot teknologi tepat guna yang bisa dimanfaatkan masyarakat banyak

Penulis: Mumu Mujahidin | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Tribun Jabar/Zelphi
Firman Dwiansyah (18) dan Muftie Insani (17). 

Sekitar satu jam lamanya, mereka menyusun prototype Botani di depan wartawan sambil didampingi langsung guru pembimbing Kusman Subarja dan Kepala Sekolah SMKN 2 Moelyono.

Muftie Insani menjelaskan Robot Botani dapat mengkondisikan dan menjaga suhu serta kelembapan suatu ruangan, agar tetap optimal dan stabil.

Botani ini memiliki sistem kerja otomatis karena menggunakan supply tegangan dan sensor suhu DHT 22. Botani ini juga dibuat menggunakan program Arduino (software) di dalamnya.

"Secara aktual robot ini bisa menyeting angka suhu dan kelembapan ruangan secara otomatis maupun bisa juga diseting secara manual tergantung kebutuhan," katanya.


Robot ini bisa dimanfaatkan oleh petani jamur dan bunga anggrek yang pada pertumbuhannya memerlukan kondisi dan temperatur suhu tertentu. Dapat dipasang pada sebuah greenhouse atau kubung jamur dan bunga.

Alat ini bisa menyemprotkan air secara otomatis jika kelembapan dalam ruangan berkurang.

Ada pemasangan spuyer (mesin semprot) pada titik-titik tertentu.

Secara otomatis alat ini juga akan membuka jendela serta menarik udara dari dalam ruangan melalui mesin blower atau kipas yang sudah dipasang sebelumnya.

"Alat ini bisa membantu meringankan beban kerja dan biaya operasional petani jamur atau bunga. Selain mampu mengatur suhu dan kelembaban, alat ini juga bisa dipakai menyiram dan menyemprot obat. Selama ini dalam perawatan petani menggunakan alat yang cukup mahal dan lama pengerjaannya," kata kedua keduanya.

Ide pembuatan Robot Botani ini datang pada saat Muftie dan Firman mengamati petani yang ada di lingkungan sekitar rumah mereka di Cisarua dan Cimahi.

Banyaknya petani jamur dan bunga di wilayah Bandung Utara memotivasi mereka untuk menciptakan alat yang bisa meringankan beban biaya produksi tapi bisa meningkatkan produksi dan berdampak pada peningkatan perekonomian petani lokal.

Berbekal ilmu elektronika yang dipelajari di sekolah dan kecintaan pada dunia robotik yang dipelajari melalui kegiatan ektrakulikuler, mereka berhasil menciptakan teknologi tepat guna bagi petani, terutama untuk petani jamur dan anggrek.

Firman Dwiansyah dan Muftie Insani berangkat pada Senin (25/7/2017) bersama tim pelajar lainnya dari Bali, Yogyakarta, Cilacap, Semarang, dan Jakarta.

Tim Indonesia harus bersaing dengan 15 negara Asia di antaranya Jepang, China, Thailand, Malaysia, Hongkong, Taiwan dan lain-lain serta dua peserta dari negara Rusia dan Italia pada 27-30 Juli lalu.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved