Benteng Gedong Dalapan, Sisa Penjajahan Belanda yang terlupakan di Cililin Kabupaten Bandung Barat

Situs bersejarah ini tampak sudah rusak dan tidak terawat. Terdapat pengrusakan bangunan berupa penghancuran pintu dan jendela gedung.

Penulis: Mumu Mujahidin | Editor: Ichsan
Tribunjabar/Mumu Mujahidin
Pengunjung beristirahat di Benteng Gedong Dalapan di Kampung Gagak RT 02/03, Desa Karang Anyar, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Minggu (23/07/2017). 

Namun dari pengamatan Tribun, jika bangunan tersebut utuh, tampak masing-masing bangunan memiliki dua ruangan berukuran sama, yakni 2,5 m x 3 m persegi. Otomatis bangunan ini juga memiliki dua pintu lengkap dengan empat jendela.


Akan tetapi jika dilihat dari konstruksi bangunan ke tiga bangunan ini, sebelumya tampak tidak dihubungkan oleh pintu penghubung, hanya terdapat jendela kecil berukuran 50 cm x 50 cm di dalamnya. Selain itu terdapat bangunan gerbang utama yang cukup megah dengan panjang sekitar 10 meter.

M Hilal Hidayat (32) seorang warga setempat mengatakan, berdasarkan informasi dari sesepuh di kampung tersebut, Benteng Gedong Dalapan ini pertama kali dibangun oleh bangsa Belanda dengan memperkerjakan bangsa pribumi pada 1912 dan selesai pada 1918 di bawah pimpinan Tuan Bengkok (orang Belanda) dan Tuan Jackson.

"Dibangun pada 1912 dan selesai pada 1918 di bawah pimpinan Tuan Bengkok dan Tuan Jackson. Sekitar 6 tahun pembangunan oleh pribumi, yang pada waktu itu hanya digaji pada 3 sen," tuturnya saat ditemui di kediamannya, Minggu (23/07/2017).


Menurutnya kala itu, ratusan penduduk lokal dipekerjakan membangun benteng. Kaum pribumi ini harus mengangkut material bangunan seperti semen, pasir, besi dan batu dari bawah ke atas bukit dengan diangkut secara manual. "Jadi batu yang dipakai ini diambil dari sungai diangkut langsung oleh pribumi," ujarnya.

Dikatakanya, salah satu tujuan dibangunnya Gedong 8 selain sebagai benteng pertahanan dan tempat persembunyian (markas), benteng tersebut juga digunakan sebagai tempat penyimpanan senjata, eksekusi musuh. Dibangun di atas bukit dengan ditutupi tanah sebagai kamuflase dari pergerakan musuh.

"Pada tahun 2000 an masih terdapat pintu gerbang dari besi namun sekarang sudah hilang diambil orang tidak yang tidak bertanggung jawab. Menurut sesepuh juga terdapat jeruji besi di setiap jendela. Dan pintu besi yang sangat kuat dan tebal," tuturnya.


Hilal menuturkan, benteng tersebut sempat diduduki oleh Jepang selama 3,5 tahun saat penjajah Belanda berhasil dipukul mundur oleh Indonesia. Bahkan sempat terjadi peperangan antara Jepang dan sekutu memperebutkan benteng tersebut.

"Benteng sempat dihancurkan oleh pihak TNI pasca penjajahan Jepang kalah. Karena ada ketakutan bangunan tersebut akan kembali dipakai dan ditempati oleh sekutu," katanya.

Kini Hilal mengaku prihatin terhadap kondisi situs bersejarah tersebut yang tidak terurus dan diabaikan. Padahal keberadaan benteng tersebut sangatlah penting sebagai bukti sejarah perjuangan bangsa Indonesia terutama di Kabupaten Bandung Barat. Hilal berharap ada perhatian pemerintah setempat terutama Pemerintah Daerah untuk menjaga dan melestarikan situs bersejarah tersebut.

"Sudah pernah ada diskusi untuk dijadikan tempat wisata sejarah, namun belum terealisasi karena selain lahan milik TNI, akses menuju lokasi juga masih sulit," katanya.


Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved