Kawah Rengganis, Tempat Leluhur Sunda Membahas Kearifan Hidup
Konon, para leluhur yang disebut sebagai Uyut Saratus Bojol Tilu itu kerap melakukan pertemuan rutin di sana, mereka membicarakan perkara agama dan ke
Penulis: Yudha Maulana | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Prabu Kian Santang, ujar Asep, memiliki beberapa nama sepulangnya dari Tanah Suci Makkah, yakni Syekh Rahmat Suci Godog atau Eyang Paragi Sakti yang dipercaya membuat filosofi kehidupan di bebatuan Kawah Rengganis.

“Makanya orang pakidulan menyebut tempat ini (Kawah Rengganis) sebagai kasepuhan, malah suka ada yang ziarah, kalau tidak ke Cirebon ya datang ke Gunung Sepuh juga, bedanya kalau kasepuhan itu dari para awuliyya, sedangkan kalau di sini dari Sanghyang Baradangiang, saking kentalnya budaya Hindu,” katanya.
Dikatakan Asep, kisah para leluhur tersebut membuat Kawah Rengganis banyak dikunjungi oleh peziarah asal Bali, terutama menjelang Hari Raya Nyepi.
“Ibadahnya seperti itu, mereka membawa air suci dari mata air di sini, jadi tak hanya peziarah yang beragama Islam saja yang datang ke sini, semua agama bisa masuk, karena menurut saya semua agama sama, hanya ritualnya yang berbeda,” kata Asep yang merupakan juru pelihara generasi ketujuh itu.
Awalnya, kata Asep, ada beberapa pantangan bagi peziarah atau wisatawan untuk datang ke Kawah Rengganis.
Mereka tidak dianjurkan untuk berkunjung pada Jumat atau Sabtu.
"Sekarang pantangan itu sudah tidak dijalankan lagi, bagi wisatawan silakan datang kapan saja, tapi untuk peziarah tidak dianjurkan pada hari-hari tersebut," katanya.
Secara administratif Kawah Rengganis berada di Kampung Cibuni, Desa Patengan, Kabupaten Bandung.
Semula, hanya ada tiga bangunan di Kawah Cibuni pada 1920-an. Satu milik rumah juru kunci, mushala, dan bale pengobatan.
Kini, ada beberapa belas rumah warga yang berada di dekat kawah.
"Dahulu tempat ini ditemukan tahun 25 Safar, jadi di setiap tanggal segitu akan dilakukan ritual untuk memperingati perjalanan para leluhur tadi," ucapnya.
Kawah Rengganis memang belum sepopuler Kawah Putih.
Belum ada penanda yang mencolok untuk masuk ke Kawah Rengganis, hanya ada papan penunjuk yang terbuat dari kayu.
Akses jalan yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua, membuat pemilik kendaraan roda empat harus memarkirkan kendaraanya di lahan parkir yang berada pinggir Jalan Raya Rancabali-Ciwidey dekat gerbang masuk pertama.
"Ada juga ojek yang diberdayakan oleh warga sekitar, untuk yang mau berobat kita tidak patok harganya, tapi untuk wisatawan biasa rata-rata tarifnya itu Rp 10 ribu sekali perjalanan dan bayar Rp 5 ribu untuk tiket masuk ke kawah," katanya.
Sama halnya dengan Kolam Pemandian Air Panas Cimanggu, tempat ini pun dibuka 24 jam.
"Tidak bisa tutup, karena kadang-kadang ada yang datang dari tempat yang jauh, kebanyakan informasinya dari mulut ke mulut kalau air panas disini bisa dijadikan tempat berobat," ujarnya. (*)