Jejak Penyebar Islam di Sumedang: Pangeran Santri Sebarkan Agama dengan Pendekatan Budaya

Selain itu, terang dia, sebagai seorang ulama, Pangeran Santri juga membawa para santri sampai ustad untuk menyebarkan Islam.

Editor: Ravianto
deddi rustandi/tribun jabar
MaSJID TEGALKALONG : Masjid Besar Tegalkalong menjadi masjid tertua yang ada di Sumedang dibangun tahun 1600-an setelah ibukota Sumedanglarang pindah ke Tegalkalong setelah sebelumnya dari Dayeuhluhur. 

Disebutkan para ustad dan santrinya datang ke satu wilayah yang sedang menggelar tradisi adat budaya. "Saat itulah diselipkan dan dibacakan Al Quran dalam pupuh magatruh. Lambat laun warga tertarik dan masuk Islam,” katanya.

Pusat kerajaan juga dipindahkan dari Ciguling di pinggir jalan raya Sumedang-Bandung ke Kutamaya, di pinggir Sungai Cipeles, Desa Padasuka saat ini.

Pernikahan Ratu Pucuk Umum dengan Pangeran Santri membuahkan enam anak yang menjadi puncak silsilah raja Sumedanglarang.

Putra pertamanya, Raden Angkawijaya yang bergelar Prabu Geusan Ulun menjadi Raja Sumedanglarang dan sempat belajar agama ke Cirebon yang merupakan daerah asal ayahnya, Pangeran Santri.

Ibukota Sumedanglarang pindah dari Kutamaya ke Dayeuhluhur kemudian ke Tegalkalong. Baru di Tegalkalong ini dibangun masjid yang kini dikenal dengan nama Mesjid Tegalkalong.

Pemindahan ibukota terjadi saar Suriadiwangsa menggantikan ayahnya, Prabu Geusan Ulun. Kerajaan Sumedanglarang menjadi daerah kekuasaan Mataram Islam.

Tegalkalong dijadikan pusat pemerintahan dan sebagai kelengkapan kota, Suriadiwangsa membangun masjid ini pada sekitar tahun 1600-an. Mesjid Tegalkalong menjadi masjid tertua di Sumedang.

Saat dibangun masjid merupakan bangunan rumah panggung, dinding dari bilik bambu. Setidaknya masjid telah mengalami 5 kali pemugaran.

penyebaran Islam saat itu tak dilakukan secara terbuka karena tradisi masyarakat masih kuat dengan agama sebelumnya.

"Saat kepemimpinan Pangeran Santri dengan Pucuk Umum itu tak ada artepak penyebaran Islam. Mesjid secara terbuka dibangun tahun 1600-an di Tegalkalong. Pesantren baru ada tahun 1800-an di Sumedang,” katanya.

Ia menyebutkan pembangunan pesantren dilakukan oleh ulama Cirebon dan hampir semua pesantren yang ada di Sumedang didirikan para ulama luar Sumedang.

“Bupati Sumedang mewakafkan tanah bukan di Sumedang tapi diluar Sumedang seperti di Tasikmalaya dan Garut,” katanya.

Pangeran Kusumahdinata IX atau Pengaran Kornel, Bupati Sumedang (1791-1828) mewakafkan tanahnya di daerah Condong, Cibeureum, Tasikmalaya dan sekitar abad 18 berdiri pesantren Riyadul Ulum Waddakwah atau dikenal dengan Pesantren Condong.

Pesantren pertama di Sumedang ada di Cikuleu, Ujungjaya didirikan oleh Hadratusyekh KR Asyrofuddin yang merupakan dari kraton kasepuhan Cirebon abad ke-18. Di Cikuleu, Asrofuddin menggelar pengajian dengan warga setempat kemudian jemaahnya bertambah daru luar Cikuleu sehingga banyak yang mondok dan akhirnya menjadi pesantren.

Pangeran Aria Suria Kusumah Adinata atau Pangeran Sugih, Bupati Sumedang (1836-1882) saat berkeliling menemukan pesantren ini.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved