Jejak Penyebaran Islam
Syekh Dzatul Kahfi, Orang Pertama yang Menyebarkan Islam di Cirebon Sebelum Sunan Gunung Jati
Konon, Syekh Dzatul Kahfi yang terlahir di Semenanjung, Malaka, itu memang diutus oleh Raja Baghdad, ayah dari Syarifah Halimah
Penulis: Ragil Wisnu Saputra | Editor: Kisdiantoro
Laporan Wartan Tribun Jabar Ragil Wisnu Saputra
TRIBUNJABAR.CO.ID, CIREBON - Tak begitu banyak yang mengenal nama Syekh Dzatul Kahfi atau nama lainnya Syekh Nurjati, Syekh Datuk Kahfi, Syekh Idhofi Mahdi atau Syekh Nurul Jati.
Kebanyakan orang di Indonesia terkhususnya di wilayah Jawa Barat lebih mengenal Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah.
Padahal, Syekh Dzatul Kahfi sendiri adalah orang yang pertama kali menyebarkan agama Islam di wilayah Cirebon. Ia juga adalah salah seorang guru dari Sunan Gunung Jati.
Islam sendiri mulai berkembang di Cirebon sejak kedatangannya di Tanah Cirebon, tepatnya di wilayah Giri Amparan Jati yang lebih pupuler dikenal dengan Gunung Jati.
Kala itu pada pertengahan abad ke 14 Syekh Dzatul Kahfi yang bertolak dari Baghdad, Iraq datang bersama rombongannya.
Konon, Syekh Dzatul Kahfi yang terlahir di Semenanjung, Malaka, itu memang diutus oleh Raja Baghdad, ayah dari Syarifah Halimah yang merupakan istrinya, untuk menyebarkan agama islam di tanah Jawa. Sebelumnya ia memang menyiarkan Islam di Baghdad setelah menunaikan ibadah haji di Mekah.
"Beliau datang ke sini memang tujuannya adalah mensyiarkan ajaran Islam yang memang ia sudah anut sejak kecil. Beliau datang bersama rombongannya. Ia orang pertama, tapi tak cukup dikenal," kata Hasan (70) salah seorang sesepuh kuncen Makam Syekh Dzatul Kahfi dirumahnya, Selasa (6/6) di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon.
Sesampai di Gunung Jati, Syekh Dzatul Kahfi kemudian menyiarkan agama islam dan membuat sebuah perguran (tempat belajar islam).
Di perguruan tersebut ia memiliki tiga murid yang cukup populer dikenal masyarakat karena ketiganya adalah anak dari Prabu Siliwangi dan istrinya, Subang Larang sang penguasa Kerajaan Pajajaran. Padahal Prabu Siliwangi sendiri adalah orang penganit ajaran Hindu.
Ketiga anak Prabu Siliwangi itu yakni Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Sangkan Cirebon, Lara Santang atau Syarifah Muda'im dan Raja Sengara atau Kian Santang. Ada pula nama tersohor lainnya yang juga disebut-sebut merupakan murid Syekh Dzatul Kahfi, diantaranya Sunana Kalijaga dan Syekh Siti Jenar.
Setelah memperdalam Islam, oleh Syekh Dzatul Kahfi, Walangsungsang dan Lara Santang kemudian disuruh untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah. Sedangkan Kian Santang diutus untuk menyebarkan Islam ke wilayah Garut dan kemudian juga menunaikan ibadah haji ke Mekah.
"Saat masa kerajaan Pajajaran, justru banyak yang berguru kepada beliau. Karena memang cara dakwah dan syiar islamnya sangat luwes dan menarik perhatian maka banyak yang memeluk islam pada waktu itu tanpa paksaan," kata Hasan yang juga salah satu Imam Besar di Masjid Agung Sunan Gunung Jati.
Menurut Hasan, cara-cara luwes Syekh Dzatul Kahfi dalam penyebaran atau dakwah islam cukup unik. Diantaranya melalui musik terbang (rebana), gembyung dan lainnya, yang syair-syairnya dibumbuhi ajakan-ajakan agar orang berminat untuk masuk dan belajar agama Allah.
"Namanya juga waliyullah dan seorang Aulia (pemimpin yang dikasihi Allah), pasti memiliki cara cemerlang tersendiri. Kalau beliau lebih ke keseniannya. Seperti Seni Terbang, lirik dan syairnya itu ada mengenai rukun islam, shalawat nabi dan lain sebagainya," kata dia.