Situ Patenggang

Meluapnya Air Situ Patenggang Dinilai Wajar, Tahun 2000 Pernah Naik 5 Meter

"Sebetulnya itu alami, siklus saja, dulu pernah sampai 4-5 meter dari kedalaman air normal dua meter di bibir danau," kata Endang

Penulis: Yudha Maulana | Editor: Kisdiantoro
Tribun Jabar/Yudha Maulana
Tokoh masyarakat Situ Patenggang, Ade Huhuy (54) menunjukkan ketinggian air danau Patengan di Desa Rancabali, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, Kamis (23/3/2017). 

CIWIDEY, TRIBUNJABAR.CO.ID - Meluapnya air Situ Patenggang yang terletak di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung merupakan fenomena alam yang normal di tengah curah hujan tinggi yang melanda kawasan Bandung Selatan dari awal Maret ini.

Endang Suherman, tokoh masyarakat setempat, mengatakan air yang mulai hampir naik hingga badan jalan tersebut tak seberapa jika dibandingkan dengan peristiwa meluapnya air pada 2000 silam.

"Sebetulnya itu alami, siklus saja, dulu pernah sampai 4-5 meter dari kedalaman air normal dua meter di bibir danau," kata Endang saat ditemui Tribun di Jalan Raya Ciwidey-Rancabali, Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jumat (24/3/2017).

Dari hasil pengamatannya dan beberapa warga setempat, pembuangan air danau masih normal ke SukaresmI, Situ Nyonya maupun Situ Bayongbong. Terkait kearifan lokal di sana pun, kata Endang, belum pernah ditemukan benda peninggalan sejarah atau yang lainnya di Situ Patenggang.

"Saya dapat kabar ini dari almarhum Pak Jaka, beliau kuncen di Patenggang, tidak ada situs budaya tapi kalau Pancuran Lima, Gua Tujuh Lawang, dan surapan (pembuangan air) Panjang, Nohok, Tali, sudah ada dari dulunya," ucap Endang yang juga bekerja di PTPN VIII.

Endang mengatakan, berdasarkan pengalamannya di Situ Patenggang sejak 1982, air akan kembali surut tidak lebih dari sepekan, andaikata intensitas hujan menurun. "Kalau sore hari memang suka hujan di sana, tapi itu wajar karena daerahnya pegunungan," kata Endang.

Marcelinus, Marketing Communication Glamping Lakeside, mengatakan pihaknya pun telah membuat CSR dengan membangun arboterium atau hutan raya mini. Di sana, katanya, akan ditanami tanaman-tanaman endemik khas Jawa Barat seperti Ciburahol dan Sedekeling.

"Dinas Lingkungan Hidup proviinsi juga telah mendukung program kami," kata Marcelinus.

Selain melestarikan tanaman-tanaman endemik, di sana pun dirinya akan menggelar wahana edukasi, selain tujuan awalnya menjadi lahan serapan dan penyedia oksigen.

"Kebetulan teman-teman di lapangan juga basicnya berkebun, mereka warga sekitar Patenggang," katanya.
Terkait pemberitaan miring tentang meluapnya Danau Patengan akibat pembangunan Glamping Lakeside, Marcelinus membantahnya. Ia pun telah melakukan survey dengan beberapa ahli mengenai hal itu.

"Debit air di Patenggang itu datang dari arah Rengganis, bukan dari atas bukiut, kalau Rengganis itu kan lahan konservasi, kami tidak punya kewenangan untuk hal itu," katanya.(dam)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved