Kisah Inspirasi
Relawan Gelar Terpal, Anak-anak Berdatangan dan Semangat Belajar Meski Ditempa Panas
TPAZ merupakan media edukasi anak-anak yang didirikan karena dilatarbelakagi kesadaran para pemuda Kartaci
Penulis: Ragil Wisnu Saputra | Editor: Kisdiantoro
Laporan Wartawan Tribun Jabar Ragil Wisnu Saputra
Pagi itu, Minggu (18/12) sejumlah relawan pendidikan yang merupakan beberapa pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna Ciguruwik (Kartaci) sudah berkumpul di halaman rumah milik warga di Kampung Ciguruwik RT 05/04, Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.
Di bawah belaian sinar matahari yang mulai menyelinap dari celah-celah awan di langit yang perlahan semakin membiru, para relawan pengajar tersebut mulai menggelar terpal warna biru, meja belajar, dan white board di halaman yang luasnya tak lebih dari 5x10 meter itu.
Setelah mandi dan sarapan, sekitar pukul 09.00, satu per satu para anak-anak mulai dari TK hingga SD yang ada di kampung tersebut berdatangan ke halaman. Berbekal alat tulis dari rumahnya, mereka langsung memenuhi halaman. Mereka duduk bejejer dengan rapi di atas terpal warna biru dibelakang meja yang telah disiapkan.
Setelah semua berkumpul, mereka langsung memanjatkan doa yang dipandu oleh salah seorang relawan pengajar. Usai berdoa, mereka langsung berdiri tanpa dipinta. Mereka pun serempak dan kompak menyanyikan lagu-lagu wajib kebangsaan. Seperti Indonesia Raya, Padamu Negeri dan Garuda Pancasila.
Meski hanya menggunakan fasilitas seadanya bahkan kepanasan, para anak-anak tetap terlihat antusias menerima beberapa materi yang diberikan para relawan pengajar.
Pasalnya, saat memberikan materi, para relawan pengajar menggabungkan dengan berbagai metode inovasi kreatifitas dan permainan. Hal itu dilakukan agar para anak-anak tidak bosan saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Anak-anak tersebut rutin belajar bersama para relawan di tempat tersebut setiap Minggunya. Kegiatan belajar mengajar tersebut juga terjadwal. Yakni mulai pukul 09.00 dan selesai pukul 11.30 setiap pertemuan.
Para anak-anak tersebut merupakan siswa pendidikan non formal Teras Pintar Akar Zaman (TPAZ) yang didirikan Kartaci sejak bulan Oktober tahun 2014 lalu. Pada awal pembentukannya, siswa TPAZ hanya berjumlah 7 orang.
Meski demikian, setiap tahunnya siswa yang bergabung dengan TPAZ selalu bertambah. Pasalnya anak-anak yang ikut dalam TPAZ tersebut tak dipungut biaya bahkan di dukung oleh para orang tuanya.
"Dulu pas berdiri awal hanya 7 orang saja. Alhamdulillah seiring berjalannya waktu, sekarang yang mau bergabung di TPAZ berjumlah 54 orang dengan 13 relawan pengajar dari SMA dan Mahasiswa," ujar Bubun Bukhori (31) salah satu penggagas TPAZ kepada Tribun usai memberikan materi kepada para siswa.
TPAZ merupakan media edukasi anak-anak yang didirikan karena dilatarbelakagi kesadaran para pemuda Kartaci akan pentingnya ilmu dalam upaya meningkatkan wawasan dan pengetahuan generasi muda di Desa Cinunuk.
Konsep pembelajaran di TPAZ, yakni menerapkan materi-materi atau pembelajaran karakter ke arah generasi yang lebih baik. Fokusnya berorientasi terhadap kesiapan mental dalam menghadapi era moderenisasi tanpa melupakan budaya asli, cinta terhadap lingkungan dan tanah air.
Konsep pembelajaran yang ditanamkan itu berangkat dari keprihatinan para pemuda Kartaci, tentang kenyataan bahwa sebagian remaja kini terlibat beberapa kasus kenakalan remaja. Mulai dari penyalahgunaan narkoba, tawuran, geng motor, hingga kenakalan remaja lainnya.
Beberapa materi pembelajaran TPAZ yang disampaikan kepada para anak-anak, diantaranya meliputi pengenalan lagu-lagu wajib nasional, pendidikan dasar Bahasa Inggris, pendidikan dasar komunikasi bahasa inggris, singing with kids, pendidikan dasar karakter, pendidikan dasar pengenalan lingkungan dan story telling.
