Suburnya Bisnis Ojek Online ala Mahasiswa Jatinangor
Terdapat beberapa penyedia jasa ojek online seperti Kang Guruh, Geo-Jek, Ajiju Corp, Albatros Rider, Bima, Gundala, Ganteng Jek, dan masih banyak lagi
BAGI mahasiswa yang tidak membawa kendaraan pribadi, ojek menjadi pilihan lain untuk bepergian selain kendaraan umum. Terutama pada malam hari, jam operasional ojek yang lebih lama menjadi pilihan utama untuk bepergian dibandingkan kendaraan umum seperti angkutan kota (angkot).
Di Jatinangor Sumedang, tidak hanya ojek biasa yang dikenal oleh kalangan mahasiswa. Jasa ojek online yang dikelola oleh sesama mahasiswa pun menjadi alternatif kendaraan yang bisa digunakan untuk bepergian.
Mahasiswi Jurnalistik Universitas Padjadjaran (Unpad) Fadhila Aulia (21) mengaku kerap menggunakan jasa ojek online. Perempuan yang biasa dipanggil Dhila ini lebih sering menggunakan jasa ojek online mahasiswa, terutama pada malam hari.
"Gue sih seringnya naik ojek kampus kalau menurut gue itu udah malem, dan ojek biasa takutnya agak meragukan," ujar Dhila lewat Line. "Apalagi gue pake ojek online punya temen sendiri, jadi kayaknya aman-aman aja," sambungnya.
Kawasan Jatinangor yang dipenuhi kampus-kampus seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (Unpad), Institut Koperasi Indonesia (Ikopin), dan Institut Pemerintahan dalam Negeri (IPDN) membuat jasa ojek online mahasiswa memiliki banyak peminat. Terdapat beberapa penyedia jasa ojek online seperti Kang Guruh, Geo-Jek, Ajiju Corp, Albatros Rider, Bima, Gundala, Ganteng Jek, dan masih banyak lagi.
Tiasa F (21) salah satu pengelola ojek online mengatakan, kelebihan jasa ojek online adalah tarif yang lebih murah. Ia dan timnya menamakan jasa ojek online mereka sebagai Albartos Rider. Selain itu Tiasa juga mengaku, ia bisa menerima panggilan jasa dalam jumlah yang cukup banyak, yakni 50-70 orang per harinya.
"Mahasiswa umumnya kan mager (malas gerak) buat ke tempat pangkalan ojek dan lebih suka dijemput di kosan atau di tempat dia stay," ujar Tiasa. "Jadi, ojek online bisa dibilang peluang buat mahasiswa yang nyari uang tambahan," lanjutnya.
Alasan mahasiswa membuka usaha ojek online tidak hanya untuk memeroleh uang tambahan. Denny (19) salah satu pengelola jasa ojek online bernama Geo-Jek, misalnya. Denny mengaku, ia dan tim Geo-Jek menyediakan jasa ojek online berawal dari kebiasaan mahasiswa laki-laki di Fakultasnya, Fakultas Teknik Geologi Unpad.
"Awalnya tuh bisa kebentuk karena kebiasaan kita di Geologi. Di Geologi itu, kebiasaannya kalau misalnya tiap kali ada acara atau apa pun, kami suka nganterin cewek kalau pas pulang malem," ujar Denny lewat sambungan telepon.
Dari kebiasaan itu, Denny dan teman-temannya mengelola dana usaha untuk membantu kelangsungan acara Malam Keakraban (Makrab) Geologi Unpad. Dari situlah terbentuk Geo-Jek. Setelah Makrab selesai, sampai saat ini Geo-Jek masih beroperasi dan menjadi salah satu penyedia jasa ojek online mahasiswa di Jatinangor.
Namun, dalam hal jam operasional, penyedia jasa ojek online mahasiswa tidak dapat beroperasi sefleksibel ojek biasa. Terkadang, karena kesibukan perkuliahan penyedia jasa, beberapa akun ojek online mahasiswa terpaksa menutup pesanan sementara waktu. Mahasiswa pun harus pintar mencari alternatif lain untuk bepergian malam, seperti mencari jasa penyedia ojek online lain atau pergi ke pangkalan ojek.
"Kendala dari Geo-Jek itu sendiri sebetulnya dari drivernya (pengendara) sih. Kalau dibandingkan penyedia jasa ojek online lain, mereka itu banyak banget drivernya," ujar Denny. "Drivernya hanya sekitar 20-an lah. Nah dari 20 orang itu, kebanyakan yang masuk Geo-Jek itu yang aktif di kegiatan," sambungnya.
Meskipun demikian, Denny mengaku menerima banyak respon positif dari para pengguna jasa ojek onlinenya itu. Selain memberi respon dengan cepat, Geo-Jek juga selalu datang tepat waktu menjemput para pengguna jasanya.(tj3)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/ojek-online_20161019_211011.jpg)