Sorot
Api PON
KIRAB api Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX sudah mendekati Kota Bandung.
Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Dicky Fadiar Djuhud
Oleh Machmud Mubarok, Wartawan Tribun Jabar
KIRAB api Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX sudah mendekati Kota Bandung.
Tinggal satu hari ini, perjalanan panjang seribu kilometer lebih itu akan tuntas.
Hingga Kamis malam (15/9/201), api PON sudah berada di Kabupaten Bandung, diistirahatkan sejenak sebelum diarak memasuki wilayah Kota Bandung dan diserahkan kepada Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.
Selanjutnya, Ridwan Kamil akan membawa api PON ke Gedung Sate dan menyerahkannya kepada Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan.
Riuh-rendah pelaksanaan PON XIX 2016 Jabar sudah mulai terasa gaungnya.
Terlebih beberapa cabang olahraga sudah memulai pertandingan, bahkan perebutan medali, sebelum PON dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo di Stadion Gelora Bandung Lautan Api di Gedebage, Sabtu (17/9/2016) malam.
Sambutan warga dan juga pelajar sekolah, walau mungkin tidak sukarela karena diinstruksikan oleh pemerintah daerah masing-masing, untuk menyambut kedatangan kirab api PON, setidaknya menunjukkan geliat pekan olahraga nasional ini.
Setelah diramaikan dengan pemberitaan soal pembangunan infrastruktur arena pertandingan yang awut-awutan, kini saatnya PON menuai pemberitaan tentang prestasi atlet.
Ya saatnya para atlet dari seluruh penjuru negeri ini beradu keterampilan dan kemampuan fisik mereka. Meminjam istilah olimpiade, Citius, Altius, Fortius yang berarti lebih cepat, lebih tinggi, dan lebih kuat.
Inilah kesempatan yang datang lima tahun sekali, momen yang tidak semua atlet bisa merasakan dan mengikutinya.
Para atlet tentu datang dengan semangat pantang menyerah, persis seperti api PON yang dibawa dari Desa Majakerta, Balongan, Kabupaten Indramayu. Api dari tanah Pasundan yang tak pernah padam walau sesaat.
Tak sekadar dielu-elukan warga dan pelajar di pinggir jalan setiap melintasi kota atau kabupaten. Tapi api yang senantiasa menyemangati, menerangi, dan mengingatkan bahwa kita harus selalu berjuang untuk kehidupan yang lebih baik: lebih cepat dalam berbuat kebaikan, lebih tinggi dalam mencari pengetahuan, dan lebih kuat dalam menebar kedamaian.
Sungguh, sekiranya setiap orang menafakuri makna api abadi PON ini, pasti akan banyak hikmah kebijaksanaan yang bisa kita raih.
Tidak hanya sorak-sorai bergembira sesaat, dan tidak juga hanya saat PON berlangsung.
Tapi itu semua harus mengabadi, mengalir sepanjang waktu. Jadilah api penyemangat dan pencerah seperti halnya api PON dari Majakerta. (*)
Naskah ini bisa dibaca di edisi cetak Tribun Jabar, Jumat (16/9/2016). Ikuti berita-berita menarik lainnya melalui akun twitter: @tribunjabar dan fan page facebook: tribunjabaronline.