Sorot
Patung Ikan Mas dan T-rex
ADA yang tahu mengapa tugu ikan mas berdiri di simpang tiga Jalan Mohamad Ramdan dan Jalan BKR? Pasti . . .
Penulis: Januar Pribadi Hamel | Editor: Dedy Herdiana
Oleh: Januar P Hamel, Wartawan Tribun
ADA yang tahu mengapa tugu ikan mas berdiri di simpang tiga Jalan Mohamad Ramdan dan Jalan BKR? Pasti banyak yang menjawab tidak tahu.
Dari referensi yang ada di mesin pencari Google, pun hanya satu dua laman saja yang membahas patung tersebut, itu pun tidak komplet, dan tidak ada yang mengulas mengapa patung itu berdiri di sana.
Konon patung itu berdiri karena di kawasan tersebut pernah ada Pasar Ikan. Namun, untuk menelusuri kebenarannya sungguh sulit.
Di Jalan Peta memang ada pedagang ikan hias. Jumlahnya tidak banyak dan bukan pasar yang besar. Para pedagang itu berjualan di tepi jalan.
Rasanya patung itu berdiri bukan karena ada pasar ikan tersebut. Kemungkinannya sangat kecil. Biasanya monumen atau tugu yang berdiri di sebuah kota terkait sebuah peristiwa atau tempat bersejarah.
Lagi pula jarak pasar itu cukup jauh dari patung ikan mas. Pasar ikan di Jalan Peta berada setelah menyebrang Jalan Oto Iskandardinata dari Jalan BKR.
Patung ikan diresmikan oleh Wali Kota Bandung, Ateng Wahyudi pada 1993. Patung ini terdiri dari tiga ikan emas yang disangga logam yang berbentuk air.
Dikelilingi bunga berwarna merah yang tengah mekar. Di sana juga terdapat kolam kecil, dan sebuah lampu taman di tengah-tengah.
Sebuah blog catatanvecco.wordpress.com menyebutkan, dulu, di kawasan Tegallega banyak terdapat kolam ikan. Dalam artikel berjudul “Sang Bupati Bandung 1" itu menyebut kolam ikan itu tadinya rawa yang ditimbun oleh Bupati Bandung R.A.A Martanegara.
Bupati yang memimpin Bandung pada 1893 itu memang memiliki program menjadikan rawa-rawa di Bandung menjadi daratan keras.
Kemudian di selatan Tegallega, sampai akhir abad 19, terdapat sebuah danau, yakni Situ Gede.
Dalam blog ekorisanto.blogspot.com disebutkan di tempat ini penduduk menangkap ikan dengan cara kuno, yakni dengan cara berendam di air sambil berpegang pada beberapa batang bambu yang dijadikan alat untuk menangkap ikan.
Disebutkan di blog itu dalam artikel yang bejudul “Jejak Danau yang Hilang” pada masa sebelum perang, di kiri-kanan jalan Cigereleng (Jalan Mohomad Toha) dan selatan Tegallega, yang terlihat cuma kolam atau balong ikan yang sangat luas.
Yang menarik ternyata di Jalan Mohamad Toha, tidak jauh dari samping PT Inti, dulunya terdapat pasar ikan. Pasar ikan itu kerap ramai didatangi pembeli yang ikut lelang. Namun sekarang bangunan pasar ikan itu tidak bersisa.
“Tahun 1990-an. Iya ada pasar ikan. Saya hafal da orang sini. Saya dagang di sini sudah lama,” kata Dayat yang berdagang gorengan di seberang PT Inti di Jalan Mohamad Toha.
Menurut Dayat, ikan yang dijual di pasar itu ikan kiloan seperti ikan mas, gurami, dan lain-lain. Beda dengan ikan yang dijual di Jalan Peta yang menjajakkan ikan hias. “Beda atuh yang dijual di sini sama yang di Jalan Peta,” kata Dayat.
Seorang ibu yang juga berada di tempat jualan Dayat menimpali bahwa mertuanya juga pernah dagang di depan Pasar Ikan Mohamad Toha. “Iya, pokoknya tahun 90-an. Dibongkarnya juga sekitar tahun 1995,” katanya tanpa mau menyebutkan namanya.
Jadi, apakah ada hubungan patung ikan di Jalan Mohamad Ramadan dengan kisah lama di kawasan Mohamad Toha dan Tegallega tersebut? Belum ada jawabannya.
Lalu bagaimana dengan nasib patung tyrannosaurus rex atau t-rex yang baru saja berdiri di Taman Lansia? Apakah nanti, jika patung itu bisa bertahan bertahun-tahun, ada yang bertanya, mengapa patung itu berdiri di sana? (*)
Naskah ini bisa Anda baca di Tribun Jabar edisi cetak, Jumat (24/6/2016). Ikuti berita-berita menarik lainnya melalui akun twitter: @tribunjabar dan fan page facebook: tribunjabaronline.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/123_20160323_201152.jpg)