Kebutuhan Dolar Meningkat untuk Bayar Utang

ada peluang rupiah rebound teknikal. Terutama, jika neraca dagang domestik bisa surplus

Editor: Adityas Annas Azhari
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Petugas teller melayani penukaran mata uang dolar AS dengan rupiah di Bank Mutiara, Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung, Selasa (28/7/2015). Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali melemah 16 poin pada Selasa pagi menjadi Rp 13.430 dibanding sebelumnya di posisi Rp 13.414 per dolar AS. 

JAKARTA,TRIBUN - Tekanan rupiah semakin kuat mendekati rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pekan ini. Namun, di awal pekan, ada peluang mata uang Garuda rebound teknikal.

Jumat (11/12), di pasar spot, rupiah melemah 0,28% ke Rp 13.993 per dollar AS. Kurs tengah Bank Indonesia mencatat, rupiah menguat 0,12% ke Rp 13.937 per dolar AS.

Research and Analyst Divisi  Tresuri BNI Trian Fatria menyebut, pelemahan rupiah terus terjadi karena pelaku pasar berekspektasi The Fed bakal mengerek suku bunga pada akhir tahun ini.

Apalagi, di dalam negeri, kebutuhan dolar meningkat jelang akhir tahun untuk membayar utang. Trian menduga, awal pekan ini, rupiah masih akan di area negatif. "Masih akan didominasi sentimen FOMC," tuturnya.

Research and Analyst Fortis Asia Futures Andri Hardianto bilang, rupiah juga terseret penurunan cadangan devisa dan koreksi harga komoditas.

Namun, Andri menduga, awal pekan ini, ada peluang rupiah rebound teknikal. Terutama, jika neraca dagang domestik bisa surplus sesuai perkiraan.

Rupiah diprediksi bergulir antara Rp13.900-Rp 14.000 per dolar AS. Trian menebak, rupiah rentan jatuh ke Rp 13.890-Rp 14.000 per dolar AS. (kontan)

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved