Kuli Bangunan Ini Banting Setir Jadi Penjual Kolam Renang Tiup, Kini Hidupnya Lebih Tenang
Di sepanjang trotoar Jalan Raya Bandung-Garut, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, ditemui banyak pedagang kaki lima (PKL)
Penulis: Hakim Baihaqi | Editor: Ichsan
Laporan wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Di sepanjang trotoar Jalan Raya Bandung-Garut, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, ditemui banyak pedagang kaki lima (PKL) yang menjual berbagai kebutuhan, mulai dari makanan hingga kebutuhan rumah tangga.
Di antara puluhan PKL yang menggelar lapak di trotoar jalan, salah satu yang membedakan dengan pedagang lainnya, adalah penjual kolam renang tiup untuk anak-anak maupun orang dewasa.
Salah satu pedagang yang menjual kolam renang tiup di trotoar jalan, yakni Tosin Hermawan (48), warga Kampung Cikijing, Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung.
Seorang ayah yang memiliki empat orang anak ini, setiap pagi pukul 06.30 berangkat dari kediamannya di Kampung Cikijing, untuk menuju lokasi berjualan kolam renang tiup dengan menggunakan sepeda motor tua miliknya.
Masih dalam berbentuk dalam bentuk lembaran, setibanya di tempat berjualan, ia kemudian bergegas menyiapkan sejumlah peralatan tiup manual dan kemudian memompa seluruh kolam renang tiup, lalu dipajangkan di fasilitas publik tersebut.
Macam-macam kolam renang tiup yang jual memiliki ukuran bervariasi, mulai dari ukuran terkecil yakni satu meter, hingga berukuran raksasa yaitu lima meter, semua kolam dijual dari harga Rp 100 - 900 ribu.
Tak hanya kolam renang tiup yang dapat digunakan di mana pun, Tosin pun menjual berbagai alat bantu untuk renang bagi si kecil, yakni pelampung badan, pelampung tangan, pelampung kaki, hingga ban bergambar kartun.
Tosin bercerita, ia bekerja sebagai penjual kolam renang tiup ini sejak 2012, saat berhenti menjadi pekerja proyek disalah satu perusahaan jasa kontruksi yang beralamat di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.
• Ferdi Ligaswara : Baju Ini akan Kutanggalkan, tapi Tidak akan Kutinggalkan karena Aku Bangga
"Dari tahun 90-an saya menjadi pekerja kasar atau kuli bangunan, cuma saya bekerja hanya proyek saja. Mendapatkan gaji yang pas-pasan," kata Tosin di Jalan Raya Bandung-Garut, Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Sabtu (23/3/2019).
Tosin bercerita, pada saat menjadi pekerja proyek di kota besar, Tosin kerap mengeluh terkait beratnya menjalani profesi tersebut, namun hanya mendapatkan upah kecil dan dianggap tidak sebanding.
Beberapa bulan sebelum memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan tersebut, saat berada di salah satu wilayah di Jakarta, ia menjumpai banyak penjual kolam renang tiup dan kemudian menanyakan nilai ekonomis barang itu.

Tosin mengatakan, setelah mendapatkan informasi seputar kolam renang tiup dari para pedagang di Jakarta, bermodalkan uang Rp 3 juta, ia kemudian pulang ke kampung halaman dan mengutarakan keinginannya kepada sang istri.
"Di situ sebenarnya saya agak pusing, bagaimana kalau tidak berhasil, sedangkan sayang sudah tidak mau jadi pekerja proyek," katanya.
• BREAKING NEWS: Fabiano Beltrame Resmi Bergabung ke Persib Bandung
Dimulai pada pertengahan 2012, kata Tosin, lebih dari 500 produk kolam renang tiup berhasil ia jual kepada pembeli yang sebagian merupakan para pengendara dari arah Bandung menuju Garut atau sebaliknya.
Dalam satu bulan, Tosin mengaku mampu menjual sebanyak 15 - 20 unit kolam renang tiup berbagai ukuran dan meraup keuntungan bersih hingga Rp 6 juta setiap bulannya.
"Lebih tenang ketimbang jadi pekerja proyek, banyak tekanan dan capek, penghasilan sangat dikit," katanya.