Fahmi Syahrul Mati-matian Selamatkan Istri yang Hamil Tua dari Gempa Palu hingga Lolos Naik Pesawat
Saat gempa Donggala dan tsunami Palu, Jumat (21/9/2018), Fahmi Syahrul harus mati-matian menyelamatkan istrinya yang hamil tua.
Penulis: Widia Lestari | Editor: Kisdiantoro
TRIBUNJABAR.ID - Saat gempa Donggala dan tsunami Palu, Jumat (21/9/2018), Fahmi Syahrul harus mati-matian menyelamatkan istrinya yang hamil tua.
Tidak hanya sang istri, anaknya yang masih kecil dan ibunya pun turut diselamatkan Fahmi Syahrul.
Fahmi Syahrul nekat masuk kembali ke dalam ruko untuk menyelamatkan keluarganya.
Dahsyatnya guncangan gempa 7,4 SR itu, membuat mereka susah payah keluar.
Mereka sampai tidur di jalan karena banyaknya gempa susulan.
Fahmi Syahrul pun harus susah payah melindungi sang istri untuk dievakusi lewat jalur penerbangan.
Berikut ini kisah lengkapnya yang ditulis Fahmi Syahrul melalui akun Facebook-nya.

"Coretan Kecil Mengingat Peristiwa Gempa Palu
Laa ilaaha illallah, astagafirullahulazim, menjadi kalimat tauhid yang tak pernah putus saya ucapkan sejak hari Jumat, 28 Agustus. Padahal kalimat itu sangat jarang saya ucapkan.
Ini mungkin menjadi titik balik buat saya dalam mengingat sang pencipta. Sebab, saya yang selama ini masih terbuai oleh dunia dikagetkan dengan bencana yang hampir merenggut nyawa saya beserta anak istri dan mama.
Bagaimana tidak, pasca kejadian bencana alam Gempa Bumi dengan kekuatan mencapai 7,7 SR sehingga menghasilkan tsunami di Kota Palu menjadi kisah paling menakutkan dan mencekam dalam hidupku. Mungkin Rasa itu tidak bisa saya buang jauh. Masih teringat jelas peristiwa yang telah merenggut nyawa Ribuan orang tersebut.
Kejadiannya pun tepat suara Adzan tengah berkumandang di Masjid-majid. Saat kejadian saya pun, tengah melakukan aktifitas membakar ikan untuk menjamu pelanggan saya. Sebab saya baru merintis usaha kuliner di kota palu. Istri yang tengah hamil tua, anak, dan mama pun saat itu masih di kamar. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari bawah tanah.
Ratusan pengendara motor yang lalu lalang di jalan raya tiba-tiba ambruk sendiri dan listrik langsung padam. Seketika itu pun tanah bergetar. Yang pertama terasa pijakan kakiku seperti turun kemudian tanah naik dan disusul goyangan yang durasinya pun sangat panjang, lebih dari lima menit.
• Dicari-cari Pasca Tsunami Palu, Pasha Ungu Kini Muncul, Minta Maaf Baru Kasih Kabar, Gini Kondisinya
Seketika itu saya teringat keluarga saya yang ada di kamar. Mungkin istilah penerbangan selamatkan diri sendiri lebih utama baru selamatkan nyawa orang lain tak berlaku lagi buat saya. Sebab dalam fikiranku, lebih baik saya mati bersama keluargaku daripada meninggalkan mereka dalam ruko yang masih bergetar akibat guncangan kuat tersebut.
Teriakan orang yang melarang saya untuk tidak masuk dalam rumah. "Pak jangan masuk, bahaya pak. Oi pak di luar saja." itu teriakab orang kepaku yang saya sendiri tidak tahu darimana asalnya.