3 Sociopreneur Sukses Hangatkan Campus Talk Bertajuk Social Enterprise yang Digelar di UPI Bandung
Acara campus talk atau gelar wicara bertajuk 'Social Enterprise' yang diselenggarakan oleh sebuah brand kopi ternama, telah . . .
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Yongky Yulius
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Acara campus talk atau gelar wicara bertajuk 'Social Enterprise' yang diselenggarakan oleh sebuah brand kopi ternama, telah dilaksanakan di kampus Universitas Pendidikan Indonesia, Jalan Setiabudhi, Kota Bandung, Kamis (27/9/2018).
Dalam gelar wicara itu, hadir selaku narasumber yang merupakan sociopreneur, yakni Co-Founder JKT Creative, Iwet Ramadhan; Co-Founder Du'Anyam, Melia Winata; Founder Kraviti, Titin Agustina; dan dimoderasi oleh presenter Darius Sinathrya.
Kegiatan campus talk ini merupakan tahap sosialisasi terakhir dari rangkaian program Secangkir Semangat, dan Kota Bandung merupakan kota terakhir setelah sebelumnya dilaksanakan acara serupa di Kota Malang dan Yogyakarta.
• Ketika Anak TK Ikutan Casting Sekuel Kedua Film Dilan 1991, Pede Abis Tampil di Hadapan Panitia
• 8 Drama Korea Akan Tayang di Bulan Oktober 2018, Mau Nonton yang Mana?
Ketiga mentor membagikan kisah dalam membangun wirausaha sosial, seperti bagaimana awal mereka membuka usaha, suka dukanya, tips membangun dan menjaga performa usaha, tantangannya dan rencana yang akan datang.
Ratusan pesertapun antusias menyimak penjelasan mereka dan melontarkan beragam pertanyaan.
Iwet Ramadhan mengatakan, kolaborasi adalah kunci penting untuk menghadirkan inovasi baru.
"Ibu-ibu di Flores dengan keahlian menganyam bisa bekerja sama dengan ibu-ibu di rusun Jakarta dengan keahlian menjahit. Terlahirlah kolaborasi antara JKT Creative dan Du’Anyam. Untuk menjadi entrepreneur harus menyukai tantangan karena masalah tidak akan pernah berhenti datang dan selalu berbeda setiap saat. What doesn’t kill you, makes you stronger," ujarnya.
Sementara itu, Melia Winata mengatakan, sociopreneurship adalah hybrid atau campuran dari 50 persen profit-oriented dan 50 persen impact oriented.
Kunci dari mendirikan sebuah social enterprise adalah sustainability, isu sosial bisa secara berkelanjutan diatasi dan di waktu yang bersamaan ada pemasukan profit.
10 Instansi Pusat dan Daerah yang Paling Banyak Diserbu Pelamar CPNS 2018 https://t.co/tgN6igtTnA via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 28, 2018
“Modal bisa dicari, passion butuh digali. Ketika kita sudah menemukan passion kita, kita bisa menghadapi tantangan apapun. Masalah bukan menjadi beban tetapi tantangan yang bisa dilewati," ujarnya.
Sedangkan, Titin Agustina mengatakan, sociopreneurship adalah berbisnis dengan dampak sosial.
Kendati demikian bisnis harus tetap mempunyai dasar bisnis, bukan LSM atau yayasan.
"Tidak harus mempunyai target satu komunitas yang kompleks dan besar. Bisa dimulai dari satu atau dua orang dan liat polanya dari situ. Jangan terlalu fokus membuat rencana bisnis, tapi tidak mulai-mulai. Untuk berkembang, harus mulai dulu. Dan berkembangnya sebuah bisnis adalah dari masalah-masalah yang dihadapi dan dilalui. Jadi, jangan takut untuk mulai," katanya. (*)