Peneliti CIPS: Setelah Aksi Teror Bom di Surabaya dan Sidoarjo, Rupiah Berpotensi Lemah

Kebanyakan teror bom selalu direspons dengan melemahnya nilai tukar Rupiah maupun IHSG.

Penulis: Ery Chandra | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Istimewa
Peneliti dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Novani Karina Saputri. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ery Chandra

TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG- Tanah air dilanda serangkaian aksi teror bom yang terjadi di beberapa kota, yakni Surabaya dan Sidoarjo.

Aksi itu berpotensi melemahkan kembali nilai tukar Rupiah terhadap Dollar.

Hal itu, disampaikan oleh Peneliti dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Novani Karina Saputri

Menurutnya, Rupiah berpotensi mengalami depresiasi karena isu keamanan dan kestabilan sosial-ekonomi penting bagi calon dan investor yang telah menanamkan modalnya di Indonesia.


Sentimen negatif akibat serangan bom akan membuat pelaku pasar lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan.

Faktor dominan yang mempengaruhi kondisi makro ekonomi dan kebijakan Bank Indonesia (BI) sehingga kondisi keamanan dan stabilitas sosial bisa jadi satu faktor yang berpotensi mengganggu perekonomian.

“Kebanyakan teror bom selalu direspons dengan melemahnya nilai tukar Rupiah maupun IHSG. Belum lagi efek pasca-pengeboman yaitu penyebaran isu-isu atau informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan yang membuat resah masyarakat,” ujar Novani Karina Saputri via keterangan tertulis, Senin (14/5/2018).

Menurutnya, tanpa jaminan keamanan dan kestabilan sosial ekonomi, calon investor akan ragu menanamkan modal di sektor-sektor potensial yang ada.

Baca: 8 Korban Tewas Bom di Surabaya dan Sidoarjo adalah Anak-anak, Begini Respons Presiden dan KPAI

Padahal dalam kondisi ekonomi kini, ucapnya, Indonesia butuh investasi asing yang bisa membantu menstabilkan nilai tukar.

"Perlu adanya ekstra perhatian pemerintah dan pengendali moneter dalam hal ini BI mencari cara agar kondisi ini tak mempengaruhi perekonomian dalam jangka menengah-panjang dan pasar saham," ujarnya.

Novani Karina Saputri menyebut BI mesti tegas dan konsisten mengarahkan dan memprioritaskan kebijakan moneter dengan terciptanya stabilitas.


Polisi dan elemen lain yang bertugas mengatasi teror bom harus segera menuntaskan kasus pengeboman dan isu sentimen negatif.

"Perlu upaya meyakinkan pelaku industri bahwa pemerintah dapat mengatasi dan menangani aksi teror ini," kata Novani Karina Saputri.

Sejauh ini, setelah aksi teror di Surabaya dan Sidoarjo, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan tipis. Diperkirakan Rupiah akan bergerak di rentang Rp13.950-Rp14.000. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved