Kembar Siam Asal Subang
5 Fakta tentang Bayi Kembar Siam Asal Subang yang Dirawat di RSHS Bandung
Bayi ini adalah anak ketiga dan keempat dari pasangan Ajis (34) dan Dini Pertiwi (34) asal Perumahan Surya Cigadung blok L nomor 20, Subang.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Yongky Yulius
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Bayi kembar siam asal Subang, Muhammad Nur Hidayah dan Muhammad Nur Syafaat saat ini dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
Bayi kembar siam itu mengalami conjoined twin omphalopagus yaitu dempet pada kedua tubuh di bagian bawah dada.
Bayi ini adalah anak ketiga dan keempat dari pasangan Ajis (34) dan Dini Pertiwi (34) asal Perumahan Surya Cigadung blok L nomor 20, Subang.
Baca: Diduga Dicecoki Miras oleh Rekannya, Dua Remaja Putri di Purwakarta Harus Dirawat di Rumah Sakit
Melalui tulisan ini, akan dirangkum beberapa fakta mengenai bayi kembar siam asal Subang itu. Simak selengkapnya:
1. Rawat Jalan
Ketua Tim Penanganan Bayi Kembar Siam dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung Prof Dr H Sjarif Hidajat E dr Sp A(K), Jumat (27/4/2018), di RSHS, mengatakan, pihaknya akan menunggu 3-4 bulan lagi untuk melakukan prosedur medis pada bayi kembar siam itu.
Hal itu dilakukan agar bayi kembar siam yang sudah dirawat sejak 13 April 2018 itu berada dalam kondisi optimal dan ideal seandainya dilakukan pemisahan.
Selama 3-4 bulan itu pula, bayi kembar siam kelahiran 12 April 2018 itu akan menjalani berobat berjalan dengan petunjuk dan arahan dari tim dokter RSHS.
Kisah Perjuangan Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional yang Pernah Tak Tamat Sekolah https://t.co/lQPQM4v556 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) May 2, 2018
2. Kemungkinan Pemisahan
Sjarif mengatakan, kemungkinan untuk memisahkan kedua bayi itu tetap ada.
Jika dipisahkan, salah satu bayi kemungkinan akan berjenis kelamin perempuan.
"Bayi ini hanya mempunyai satu panggul. Satu kelamin laki-laki. Satu anus. Kaki tiga, tak terbentuk dengan baik. Mungkin kalaupun nanti dipisahkan. Ada satu yang menjadi wanita. Tentu (pemisahan itu) memerlukan dukungan psikologis buat orangtuanya. Apakah bersedia dipisahkan atau dibiarkan terus berdua," kata Sjarif.